KETAHUILAH keistimewaan dari lisan merupakan salah satu nikmat Allah yang sangat besar, halus, namun lisan pun akan mencampakan manusia ke dalam jurang neraka, kecuali mereka mengikat erat lisannya dengan kendali syari’at, berikut ada delapan faktor yang mendorong orang untuk menggunjing itu :
1. Melampiaskan emosi
hal ini terjadi apabila ada sesuatu yang menyebabkan orang marah kepada orang lain. Bila emosinya sudah ditumpahkan, ia akan merasa puas dengan menyebutkan kejelekan-kejelekan orang itu. Dengan tanpa disadari, lisannya dengan mudah mengeluarkan ucapan gunjingan, jika ia tidak memiliki filter agama yang mencegahnya dari menggunjing.
Bisa jadi orang tidak melampiaskan kemarahannya, sehingga kemarahan itu tertahan di dalam batin. Kemudian kemarahan itu berubah menjadi kedengkian yang kuat dalam hati dan akan menjadi potensi untuk senantiasa menyebutkan kejelekan-kejelekan. Dengan demikian, maka kedengkian dan kemarahan termasuk pembangkit yang besar untuk menggunjing.
2. Mengimbangi teman-teman
Kesetiakawanan yang membabi buta juga bisa menjadi faktor penyebab yang mendorong orang ikut menggunjing, jika ia melihat teman-temannya yang sedang menggunjing. Ia tidak akan berani mengingkari dan meninggalkan majlis mereka, karena ia tahu, jika itu ia lakukan mereka akan membencinya. Tak ada jalan lain, maka ia pun ikut terlibat dalam menggunjing. Bahkan ia berpikir bahwa sikap seperti itu merupakan sikap yang baik dalam bergaul.
Jika teman-teman marah kepada seseorang, maka ia harus ikut marah agar tampak sikap setia kawan, baik saat senang maupun saat susah. Lalu ia terlibat dalam menceritakan kekurangan dan kejelekan orang lain.
3. Karena dituduh
Seseorang yang merasa dituduh berbuat suatu keburukan, pasti ia tidak terima dan akan membela diri dari tuduhan tersebut dengan cara menggunjing orang yang menuduhnya. Ia memang punya hak untuk membela diri, tetapi seharusnya tidak perlu menyebut nama orang yang menuduhnya. Dengan demikian, ia telah menuduh orang lain sebagai pelakunya.
4. Khawatir dijadikan objek gunjingan
Orang yang merasa dirinya akan dijadikan objek gunjingan oleh orang lain, akan segera mendahului menggunjing orang itu agar gunjingan itu akan dirinya akan dianggap tidak benar oleh orang yang mendengarnya. Ia akan mulai menceritakan yang benar. Kemudian ia berdusta. Ia menghiasi dustanya dengan kebenaran di muka. Kemudian ia memberikan persaksian dan berkata, “Berdusta itu bukan kebiasaanku. Aku memberitahukan kepada kalian tentang dia bahwa ia begini dan begitu. Kenyataannya, dia memang seperti apa yang aku katakana,”
5. Untuk membanggakan diri
Keinginan untuk membanggakan diri akan mendorong seseorang untuk mengangkat dirinya sendiri dan merendahkan orang lain. Dia akan mengatakan, “Si Fulan itu bodoh, ucapannya sulit dipahami dan sebagainya,”
Dengan ucapan itu ia ingin menunjukkan kelebihan dirinya dan memperlihatkan bahwa dirinya lebih pandai. Ada kekhawatiran dalam dirinya jika orang itu dimuliakan oleh masyarakat, sebagaimana orang-orang memuliakan dirinya. Oleh sebab itu, ia mencelanya untuk menunjukkan bahwa dirinya lebih mulia.
6. Kedengkian
Adanya rasa iri pada orang yang dipuji, dicintai dan dimuliakan oleh masyarakat, membuat seseorang terdorong untuk menghilangkan nikmat itu, kecuali dengan cara mencelanya dihadapan masyarakat. Kemudian ia berusaha menjatuhkan air mukanya dihadapan orang lain agar mereka tidak memuliakan dan tidak memujinya. Ia merasa sebal dengan pujian dan penghormatan masyarakat kepada orang itu.
Inilah hakikat kedengkian, belum termasuk marah dan dendamnya. Hal yang demikian ini dapat mendorong seseorang berbuat aniaya terhadap teman dekat baik hati.
7. Gurauan
Bermain, bercanda dan mengisi waktu luang dengan tertawa, tanpa terasa bisa menjerumuskan diri meyebut cacat dan aib orang lain dengan cara yang dapat membuat manusia tertawa, baik dengan menirukan perkataannya, tingkah lakunya atau lainnya. Adapun yang mendorong seseorang berbuat demikian adalah sikap sombong dan membanggakan diri.
8. Mengejek
Mengejek dan memperolok-olokan orang lain dengan tujuan untuk menghina dan merendahkan, baik di hadapan orangnya, atau ketika tidak ada orangnya, adalah sikap menyombongkan diri dan meremehkan orang yang dihina.
Keburukan akhlak itu, hanya dapat disembuhkan oleh ilmu dan amal, sehingga kita perlu menanamkan keyakinan pada diri kita agar sikap kita jauh dari murka Allah SWT. []
Sumber: Bahaya Lisan/ Imam Ghazali/ Qisthi Press