JAKARTA–Rais Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Prof KH Ma’ruf Amin mengatakan, sumber kesenjangan sosial yang terjadi saat ini disebabkan adanya ekonomi yang tidak berkeadilan. Karena itu, selama ini Ma’ruf mengusung isu arus baru ekonomi Indonesia.
Arus baru ekonomi Indonesia itu, kata Ma’ruf, adalah pembangunan ekonomi yang dilakukan melalui pemberdayaan ekonomi umat. Karena, bagian terbesar dari bangsa ini adalah umat dan bagian terbesar dari umat itu adalah NU.
“Jadi saya ingin menjadikan pusat pemberdayaan umat itu pesantren. Karena terus terang yang mempunyai banyak pesantren itu NU,” ujar Ma’ruf seperti dilansir dari Republika, Senin (9/10/2017) malam.
Ma’ruf menilai, pembangunan ekonomi di Indonesia harus dimulai dari bawah, sehingga dinamakan arus baru ekonomi Indonesia. Karena itu, PBNU juga akan menggodok isu ini dalam pelaksanaan Munas Alim Ulama dan Konferensi Besar (Munas/Konbes) NU di Lombok pada akhir November 2017 mendatang.
Sementara ini, lanjut dia, PBNU sudah berhasil melahirkan satu kebijakan pemerintah untuk membangun lembaga keuangan mikro syariah di pesantren-pesantren. Sebagai awalan, kebijakan ini akan dilaunching di Ciamis, Jawa Barat pada tanggal 14 Oktober mendatang.
“Tiap-tiap pesantren itu membuat lembaga keuangan syariah dan diberi modal antara Rp 5 miliar sampai Rp 8 miliar. Nanti akan membiayai pengusaha-pengusaha kecil di sekitar pesantren,” ucapnya.
Selain itu, untuk membangun arus baru ekonomi Kiai Ma’ruf juga telah mengupayakan agar di pesantren-pesantren mempunyai usaha peternakan. Menurut dia, saat ini sudah ada pemodal yang siap membantu hal itu.
“Saya sudah membuat MoU dengan seseorang untuk mengadakan domba satu unit. Kira-kira sekitar 200 domba. Nanti dibesarkan tiga bulan, lalu dijual. Jadi bibitnya sudah ada yang ngasih, pembelinya sudah ada, yana memberi modalnya juga sudah ada. Nah sistemnya berbagi hasil,” kata Ketum MUI ini.
“Ini baru mulai di Jawa Barat. Tapi nanti juga akan dibuat di Jawa Timur, Jawa Tengah dan yang lain-lqin. Nah kita arahkan ke sana,” demikian Ma’ruf. []