Pernah seorang ustadz di pesantren bercerita di depan santri-santrinya. Di suatu malam ketika hendak pulang dari mengisi pengajian, ia melewati jalan yang cukup lengang dan sepi. Tidak ada motor atau mobil yang lewat. Disekitarnya pun hanya ada beberapa rumah saja.
Kemudian dari kejauhan nampak seseorang berada di pinggiran jalan. Ia melambaikan tangan seperti tanda memohon tumpangan.
Melihat itu, ia tidak mengurangi laju kecepatan motornya. Sengaja tak menerima tumpangan karena sudah larut malam. apalagi ketika itu sedang hangat-hangatnya berita perampokan bermodus minta tumpangan. Ustadz itu niatnya baik. Ia mencari aman meski muncul tanda tanya, apakah benar itu murni modus atau memang meminta bantuan.
Kurang lebih dari dua kilo meter melewati orang tadi, tiba-tiba saja motor yang dinaiki oleng. Lama kelamaan makin tidak seimbang. Lantas Ia berhenti. Dilihat kondisi ban motor, oh ternyata sudah tak berangin alias bocor.
Pertama kali yang ia pikirkan bukan mencari tambal ban. Tapi langsung teringat dengan orang yang meminta tumpangan tadi. Mungkin dia memang murni minta tolong. Karena menurutnya jam segitu sudah tidak ada tukang ojek. Maka satu-satunya adalah dengan mencari tumpangan gratis.
Ustadz itu seakan mendapat teguran langsung dari Allah agar jangan sampai mengurungkan niat menolong tapi tertahan lantaran khawatir menjadi korban kejahatan.
Bersikap waspada boleh, justru dianjurkan agar tidak mudah tertipu orang. Tapi bila terlalu waspada, maka akan semakin banyak kebaikan yang terlewatkan. Jangan sampai kita biarkan orang lain menunggu bantuan dari kita. Sebab kita tak tahu kondisi yang sebenarnya.
Mungkin dia ingin bertemu keluarga yang sudah lama ditinggal, atau membelikan obat untuk anaknya yang sedang sakit. Jika kita bertukar posisi seperti mereka, mungkin kita tidak akan tega melihat ada orang di malam hari yang meminta bantuan.
Maka jika mendapati ada orang yang berharap uluran tangan dari kita dan kita tolong dengan tulus, semoga saja akan Allah jauhkan kita dari orang yang berniat buruk terhadap kita. Jika kita tertipu, semoga itu menjadi ujian untuk kita. Bisa jadi kita memiliki dosa yang hanya terhapus melalui musibah yang menimpa kita.
Maka hal yang terpenting, perhatikanlah saat ada orang yang meminta bantuan. Biasanya akan terlihat gelagat murni orang yang meminta bantuan dari pada hanya modus. Kemudian tanamkan dalam setiap menolong orang lain dengan hati yang tulus. Sebab jika itu yang menjadi acuan, Allah pun tak segan-segan akan menolong kita lantaran orang lain yang sudah kita tolong.
“Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya”.
[HR Muslim: 2699, at-Turmudziy: 1930, 1425, 2945, Abu Dawud: 4946, Ibnu Majah: 225 dan Ahmad: II/ 252, 296, 500, 514.