Oleh: Tugiarti
Penulis Tinggal di Lampung
Allah mengutus Nabi Muhammad menjadi rasul kepada manusia untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Mengajari bagaimana akhlak terhadap Sang Kholiq. Akhlak terhadap orang tua. Pun begitu pula akhlak terhadap sesama manusia. Dimana masa sebelum diutusnya Rasulullah akhlak kaum jahiliyah banyak yang menyimpang.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Sesungguhnya diantara kata-kata kenabian yang pertama kali sampai kepada manusia adalah, jika engkau tidak malu maka berbuatlah sekehendakmu,” (HR. Bukhari)
Makna yang terkandung pada sabda Rasulullah tersebut antara lain:
Pertama, Ancaman
Berhati-hati, jangan berbuat semaunya. Bila hendak berbuat, berfikir terlebih dahulu.
Kedua, Perintah
Dalam hal ini untuk perkara yang mubah. Jika malu tidak usah dilakukan, namun jika tidak malu lakukanlah.
Ketiga, Berita
Ada rasa malu yang tercela yaitu malu melakukan kebaikan. Sebagai contoh, diajak mengaji malu karena belum lancar baca Al-Qur’an.
Kemudian rasa malu yang terpuji yaitu malu untuk berbuat buruk. Seperti seorang wanita malu jika tidak memakai pakaian yang menutupi aurat.
Dunia ini seperti fatamorgana. Semakin dikejar semakin menjauh. Pun didapati hanya bayangan semu. Untuk mengejar perhiasan dunia, kebanyakan orang meninggalkan sifat malu.
Malu merupakan salah satu akhlak yang harus dimiliki orang yang beriman. Hal yang bisa mencegah seorang hamba untuk tidak berbuat kemaksiatan. Tidaklah sifat malu dimiliki melainkan mendatangkan kebaikan. Dari rasa malu terdapat kewibawaan dan ketenangan. Bila hilang rasa malu akan muncul kekejian dalam perkataan dan keburukan dalam perbuatan.
Satu bukti pentingnya sifat malu dan ketinggian kedudukannya yaitu disandingkannya dengan iman. Keduanya tidak bisa dipisahkan. Jika salah satunya tidak ada maka yang lain juga tidak ada. Malu merupakan bagian dari iman, dikarenakan membangkitkan untuk berbuat baik dan mencegah berbuat maksiat. Wallahu a’lam. []
tugiarti@kelasmenulis_13 oktober 2017