Oleh: Nunung Nurbaeti
BEBERAPA hari ini saya sedang menikmati kembali buku “Hujan Matahari” karya Kurniawan Gunadi. Buku itu sebelumnya sudah selesai saya baca. Namun ketika membacanya lagi, seperti kembali pertama membaca, tidak merasa bosan. Pilihan katanya halus, lembut, maknanya sangat dalam. Saya sampai ngiri, kok bisa ya dia membuat tulisan sehalus itu.
Padahal dia laki-laki. Katanya laki-laki itu makhluk rasional. Tapi kok dia bisa membuat tulisan sehalus itu. Mungkin karena dia memiliki hati yang lembut. Atau bisa jadi juga mungkin dia menulis dengan hati. Kata teman saya, jika kita menulis dengan hati, maka pesan dari tulisan akan sampai juga ke hati pembacanya.
Jadi saya sampai pada kesimpulan. Seberapa bagusnya sebuah tulisan dari segi teknik, namun ketika kita tidak mengikutsertakan hati, mungkin pesannya tidak akan sampai ke pembaca. Mungkin persis seperti ketika ibu kita memasak untuk kita. Beliau memasak dengan “put some love into it” sehingga masakannya selalu mengundang selera, dan selalu membuat rindu.
Dalam hal ini, saya teringat perkataan AA Gym bahwa “teko mengeluarkan isi teko”. Jadi apa pun yang kita ucapkan, atau kita tuliskan adalah cerminan apa yang ada di dalam hati dan pikiran kita.
Ada baiknya jika kita sedikit napak tilas menelusuri status yang telah kita tuliskan, baik di Facebook, BBM, atau media sosial lainnya. Selama ini apa yang telah kita tuliskan di status-status itu? Apakah status alay, atau sesuatu yang lebih bermakna? Kita sendiri yang tahu. Dan kita bisa bercermin dari rekam jejak status itu, seperti apakah kita. Wallohu a’lam. []
Silakan kirimkan artikel Anda maksimal 2 halaman ke email Islampos@gmail.com