Oleh: Andre Rahmat
Founder & Ketua Umum TAKTIK Community
Hati sejatinya pusat manusia bergerak dalam keadaan apapun baik kebahagiaan ataupun ketidaksenangan. Namun dari hatilah menjadi jalan kita kemana menjadi pilihan dan arahan yang ditujuh. Sebab, nama hati ini menjadi promotor semua kepribadian manusia, jelas tidak langsung kita tidak memunafikan sosok ini. Meskipun kecil bentuknya hati namun cara menjalankan diri kita lebih kuat.
Manusia sering kali melakukan sesuatu atas dasar hawa nafsunya yang mengakibatkan perbuatan tersebut berdampak negative ditengah-tengah masyarakat. Untuk menghindari penyesalan di akhir perbuatan yang akan dilakukan, maka seyogyanya bertanyalah pada hati kecil, baik dan buruknya perbuatan tersebut. Oleh karena itu setiap manusia dituntut untuk memahami hatinya atau bahasa lain adalah “Qolbu”. Pengertian “Qolbu”: Menurut Syekh Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin Ali al-Husaini al-Jurjaniy didalam kitabnya “at-Ta’rifat” : Qolbu adalah sifat lembutnya Ketuhanan yang terdapat dalam jiwa manusia.
Dalam hadis Rasulullah SAW: Dari Nu’man bin Basyir berkata: saya mendengar Rasululloh bersabda yang artinya: ” Ketahuilah, sesungguhnya dalam jasad terdapat segumpal daging, apabila dia baik maka jasad tersebut akan menjadi baik, dan sebaliknya apabila dia buruk maka jasad tersebut akan menjadi buruk, Ketahuilah segumpal daging tersebut adalah “Qolbu” yaitu hati “. (Hadis Riwayat Bukhori).
Jika kita pahami secara mendalam hadis tersebut, maka hati sangat berperan dalam kehidupan jiwa manusia, karena hati yang bersih akan melahirkan jiwa yang bersih dan selalu taat serta tunduk terhadap titah dari Sang Ilahi Rabbi. Sebaliknya jiwa yang kotor disebabkan karena jiwa tersebut memiliki hati yang tidak baik dan selalu melanggar aturan yang telah digariskan oleh Allah SWT.
Namun pada kenyataanya dibalik penjelasan tersebut berbicara hati kekinian, sebut saja seorang manusia yang menjalani hatinya yang tidak sesuai dengan kata hati, maka tidak dipungkiri hati tersebut akan tidak selaras yang diinginkan, sebab hatilah kekuatan setiap manusia untuk bisa hidup apa yang digapainya. Sehingga kenyaman pada diri seseorang akan tenggelam ibaratkan lautan menenggelamkan hatinya untuk tidak bergerak sesuai namanya sebagai ujung tombak dalam kehidupan manusia.
Oleh karena itu, jika hatinya memilih terbaik lakukanlah adapun jika tidak menikmati maka katakanlah sesuai kata hati ini. Bilamana akan diteruskan akan menjadi penyakit hati yang saling tidak memiliki kenyaman bila dalam kehidupan kedua pihak. Rasa syukur kita terhapap adanya hati seharusnya kita jaga sebaik mungkin sebagaimana hati ini menjaga kita dalam setiap yang kita inginkan maupun ketidakinginan kita. Jalanilah jika itu jalan terbaik untuk menyamankan hati kita kedepan jangan takut karena setiap hati pasti bisa menerima keadaan apapun.
Melihat berbagai fenomena pada modernisasi ini telah banyak mengenai kata hati menjadi kering yang dialami setiap manusia dalam hal yang tidak seharusnya di pertahakankan. Maka untuk antisipasi akan ketidakvakuman hati, dianjurkanlah untuk menjaga hati yang seharusnya dijaga baik sesuai dia berjalan bukan menjadi penutup kebahagiaan seseorang dalam memanjakan diri lewat hati dan perasaan. Dan semua ini pekerjaan yang tidak mudah bagi setiap yang akan melakukannya.
Sebaliknya juga jika hati merasakan kenyamanan pada apa yang disekelilingnya, maka itulah yang harus dipertahankan untuk menuju kebagiaan yang sempurna dan menentramkan perjalanan kehidpuan setiap manusia dalam era modernisasi ini. Berbahagialah pada hati yang nyaman ini semua tak lain karena persetujuan sang pencipta memberikan kesempatan ini untuk dijalankan dengan tujuan tak lain mengapai manfaat dalam berbuat kebaikan bersama.sama.
Maka marilah kita mulai selamatkan hati dari sifat-sifat yang dapat menjerumuskan diri manusia kedalam jurang kehinaan didunia maupun diakherat kelak. Karena semua yang kita miliki baik harta benda maupun keturunan kita tidak dapat menolong diri kita selamat dihari hisab nanti kecuali jiwa tersebut diiringi dengan hati yang bersih (Qolbu as-Salim), sebagaimana diisyaratkan oleh Allah Swt, dalam surat as-Syu’ara: 88-89 :
Artinya : ” Pada hari ketika harta dan anak-anak tidak berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah SWT. dengan hati yang bersih”. (QS.as-Syu’ara: 88-89 )
Maka ketika hati setiap jiwa manusia bersih, prilaku dia akan baik pula. Ketika prilaku baik akan menghasilkan ketaatan kepada Allah SWT. dimanapun dia berada, dan itulah cita-cita terbesar dalam kehidupan ummat manusia. Mudah-mudahan Allah SWT. selalu membersihkan hati dari sifat-sifat kotor yang dapat menjerumuskan jiwa dan raga kita jauh dari Allah Swt.