ADANYA golongan manusia, pecinta dunia dan pengharap akhirat, menjadi perbedaan yang sangat bertentangan, baik dari tujuan hidup dan jalan yang mereka lalui dalam kehidupan.
Melakukan suatu hal disertai tujuan yang hendak diwujudkan , memang menjadi sebuah keniscayaan, menjadikan keikhlasan diikutsertakan dalam segala kebaikan.
Dalam hadits Nabi Muhammad Shallahu’alaihi wasallam, yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, menggambarkan dua jenis golongan manusia.
Pertama, golongan yang celaka. Mereka yang hidup hanya untuk memenuhi keinginan diri dan hawa nafsunya.
Diperbudak oleh perhiasan dunia dan kemewahannya, hanya mengenal kesenangan, tanpa mengetahui adanya perjuangan, “celakalah orang yang diperbudak oleh dinar, dirham dan dan diperbudak oleh perut. Jika ia diberi, ia diam, dan jika tidak diberi, ia marah…”
Kedua, golongan yang beruntung. Mereka yang hidup hanya untuk membela kebenaran dan ikhlas dalam segala keadaan. Tak berbangga dengan keberhasilan yang telah tercapai, tak peduli akan balasan dari orang lain yang telah diberi kebaikan.
“…beruntunglah seorang hamba yang memegang tali kendali kudanya di jalan Allah, sementara rambutnya kusut dan kakinya berdebu. Jika ia ditugaskan menjaga benteng, maka tugasnya ia laksanakan, dan jika ia diberi tugas menyediakan minuman, ia laksanakannya. Jika diminta izin ia tidak diberi izin, jika ditolong tidak diberi tolong.” []
Sumber: Haula Ruknul Ikhlas, karya DR. Yusuf Qardawi.