JAKARTA—Pondok Pesantren Al Hikam menyelenggarakan Halaqoh Nasional Ulama Pesantren dan Cendekiawan Gerakan Dakwah Aswaja Bela Negara. Acara tersebut sekaligus memperingati Hari Santri Nasional (HSN).
Pengajar Pondok Pesantren Al Hikam Hariri Ma’mun mengatakan, kegiatan tersebut untuk memberikan pemahaman adanya radikalisasi, ekstremisme dan terorisme yang telah menjadi fenomena global.
“Fenomena ini, bersifat ideologis bersumber ketidakadilan. Teror adalah lakon dekade ini yang sedang terjadi di bumi, ” jelas dia kepada Republika, Selasa (24/10/2017).
Hariri juga menambahkan, akar penyebab utama tindakan radikal dan teror adalah adanya ketimpangan antara kaya dan miskin yang semakin melebar.
“Konflik minoritas dan mayoritas akibat migrasi dari negara-negara Muslim ke negara-negara non-Muslim semakin menambah buruknya keadaan, ” jelas dia.
Kegiatan tersebut nantinya akan berbentuk silatnas, lokakarya, dan workshop dengan fokus topik pesantren dengan Kementerian Pertahanan dalam memperkuat Aswaja dan bela Negara.
“Kami berharap pesantren dapat berperan dalam mengantisipasi radikalisme dan terorisme di Indonesia dalam upaya bela negara, ” jelas dia.
Selain itu kegiatan ini juga dilakukan untuk mewujudkan Islam Rahmatan lil Alamin dan kebangsaan sebagai rahim peradaban Indonesia sekaligus meningkatkan peran Pesantren sebagai basis dan benteng bela negara.
Kegiatan tersebut akan digelar 24 hingga 31 Oktober dan akan dibagi ke dalam empat pembahasan, yakni elemen dan principle guide line moderasi yang komprehensif dalam perspektif ketatanegaraan, moderasi aswaja bela negara dalam prespektif Syariat Islam, moderasi aswaja bela negara sebagai acuan pencegahan dini paham radikal dan ekstrem dan gagasan-gagasan alternatif akseleratif moderasi aswaja bela negara (strategi dan pendekatan pencegahan dan rehabilitasi).
Pembicara dalam kegiatan tersebut diantaranya Dewan Pertimbangan Presiden, Menko Polhukam, Menteri Pertahanan, Menteri Agama, Menteri Sosial, Menteri Pendidikan, Panglima TNI, Kapolri, Kepala BNPT, Kepala BNN, MUI atau tokoh agama. Sedangkan pesertanya, selain ulama dan cendekiawan juga hadir Pimpinan Pondok Pesantren seluruh Indonesia. []