ALLAH SWT telah menciptakan alam semesta beserta isinya sebagai bukti kebesaran-Nya. Dia adalah pemilik mutlak semua yang ada di langit dan di bumi. Dan dari bukti-bukti kebesaran-Nya itu di antaranya ada bintang yang selalu menghiasi langit malam dengan keindahannya.
Umumnya orang memahami bintang adalah benda langit yang tampak berkedip pada malam hari. Sehingga langit tampak indah dengan cahayanya. Meski yang berkedip pada malam hari itu tidak hanya bintang, tetapi juga planet-planet yang memancarkan kembali sinar matahari yang jatuh di permukaannya.
Bintang juga merupakan benda langit yang menjadi salah satu nama surah al-Qur’an, yaitu surah an-Najm (surah ke-53).
Ada cukup banyak ayat al-Qur’an yang membahas bintang dan benda-benda angkasa lainnya, di antaranya beberapa ayat berikut,
النَّجْمُ الثَّاقِبُ
“(Yaitu) bintang yang bersinar tajam,”(QS. Ath-Thariq: 3).
Beberapa ilmuwan Muslim modern meyakini bahwa bintang yang dimaksudkan dari ayat ini adalah bintang yang berdenyut yang popoler dengan istilah Pulsar,
وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَى
“Demi bintang ketika terbenam,”(QS. An-Najm: 1).
وَالنَّجْمُ وَالشَّجَرُ يَسْجُدَانِ
“Bintang dan pepohonan, kedua-duanya tunduk kepada-Nya,”(QS. Ar-Rahman: 6).
Ketiga ayat yang disebutkan di atas, masing-masing menggunakan bentuk kata mufrad (singular). Terdapat beberapa ayat lain yang juga berbicara tentang bintang, tetapi menggunakan bentuk kata jamak (plural). Seperti pada firman-Nya,
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ النُّجُومَ لِتَهْتَدُوا بِهَا فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ قَدْ فَصَّلْنَا الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
“Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagi kalian, agar kalian menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Kami telah menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada orang-orang yang mengetahui,”(QS. Al-An’am: 97).
Ayat ini, sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya, menegaskan maksud penciptaan bintang-bintang oleh Allah SWT. Bintang dan planet-planet di angkasa yang berkelip pada malam hari, diciptakan untuk menghiasi langit dunia, sebagai alat “pelempar” setan, dan petunjuk arah bagi manuisa ketika mereka berada dalam kegelapan, baik di darat mau pun di laut.
Ibnu Katsir juga menegaskan bahwa siapa pun yang memanfaatkan bintang-bintang itu selain untuk ketiga alasan itu, seperti meyakini sebagai alat untuk meramal nasib, maka mereka telah melakukan kesalahan besar dan berdusta kepada Allah SWT.
Ath-Thabari menafsirkan makna kegelapan (zhulumaat) dengan lebih dalam, tidak hanya kegelapan dunia, karena tidak ada cahaya matahri atau bulan, sehingga membuat seseorang tersesat dan tidak mengenal arah jalan yang harus ditempuh; tetapi juga kegelapan pemikiran, sehingga orang tersesat dari keyakinan yang benar.
Keberadaan bintang-bintang di langit dan planet-planet merupakan bukti keberadaan Rabb alam semesta, yang ditampakkan kepada para penikmat seni dan keindahan, serta para pencari kebenaran. Semua keteraturan di jagat raya adalah ayat (petunjuk) yang bisa membawa siapa pun yang melihatnya dengan hati terbuka, pada keyakinan bahwa semua diciptakan oleh Rabb Yang Maha Indah.
Dialah satu-satunya Dzat yang patut disembah dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu. Tidak ada sesuatu pun di alam semesta yang tidak Allah SWT ketahui. []
Sumber: Kerajaan Al-Qur’an/Hudzaifah Ismail/Penerbit: Penerbit Almahira/2012