BANGLADESH—Pemerintah Bangladesh dikabarkan tengah gencar menerapkan program KB untuk mengendalikan angka kelahiran pengungsi Rohingya dari negara bagian Rakhine Myanmar.
Program KB ini dilakukan di tengah keterbatasan sumber daya dan ruang di kamp-kamp pengungsi Rohingya di selatan Bangladesh, VOA melaporkan pada Ahad (5/11/2017).
Menurut laporan Badan Pengungsi PBB (UNHCR), Bangladesh mempekerjakan lebih banyak staf, membagikan pil KB dan kondom, serta mendorong sterilisasi sukarela bagi laki-laki dan perempuan pengungsi Rohingya. Kamp pengungsi Bangladesh kini menampung lebih dari 600 ribu warga Muslim Rohingya yang melarikan diri sejak gelombang kekerasan pecah pada 25 Agustus lalu.
“Kami telah menata ulang operasi kami di tujuh kamp untuk Rohingya. Sebelumnya kami hanya punya 40 staf dan saat ini kami mempekerjakan 160 lainnya dari tempat-tempat berbeda untuk mempercepat aktivitas kami,” kata Pintu Kanti Bhattacharjee, kepala departemen KB di Cox’s Bazar.
Pintu mengatakan telah membagikan 3.000 pil oral dan 3.900 perempuan telah diberikan suntikan pengendali kelahiran pada September dan Oktober. “Hanya 1.000 kondom yang telah dibagikan pada saat bersamaan. Kami membebaskan biayanya. Pada saat bersamaan, staf kami melakukan konseling terkait keluarga berencana,” kata Pintu.
Banyak yang tiba di kamp-kamp yang telah dibangun selama dua dekade, dan gelombang pengungsi menekan badan-badan kemanusiaan untuk menanggapi krisis kemanusiaan ini. Situasi itu menutut sumber daya di Bangladesh, salah satu negara terpadat di dunia. Sekalipun negara itu menerima para pengungsi, Bangladesh tetap mendesak Myanmar membawa pulang mereka. []