Kesabaran sangat diperlukan dalam menjalani kehidupan. Namun, nyatanya tidak semua orang mampu bersabar dalam mengatasi masalah di kehidupannya. Lalu, bagaimana agar sifat ini bisa melekat dalam diri? Peri kehidupan Rasul dan para sahabat tentunya bisa dijadikan teladan.
Imam al-Bukhori dalam kitab As Shahih memaparkan beberapa kisah berharga yang bisa dijadikan teladan dalam hal kesabaran. Diantaranya adalah kisah kesabaran Zaid bin Arqam r.a. yang kehilangan daya penglihatannya.
Zaid menuturkan kisah pribadinya, “Kemampuan penglihatan mataku berkurang. Suatu hari rasulullah SAW menjengukku dan berkata, ‘Wahai Zaid bila penglihatanmu hilang apa yang akan kamu lakukan?’
Zaid menjawab, ‘Saya bersabar dan dalam kondisi seperti itu saya akan mencari pahala dari Allah SWT.’ Jika mata kamu hilang kemudian kamu menerimanya dengan bersabar dan mencari pahala dari Allah (dengan kondisi itu) maka pahalamu adalah surga.”
Kisah teladan lainnya diceritakan Anas r.a. yaitu tentang kesabaran Ummu Haritsah r.a. Putranya yang bernama Haritsah bin Suraqah r.a. syahid sewaktu ikut pasukan Perang Badar. Ketika Harisah sedang bersiap-siap menunggu komando untuk menyerang, anak panah terlanjur mengenai tubuhnya sehingga dia gugur sebelum terjun ke dalam medan pertempuran.
Dalam sunan Al Baihaqi, riwayat Anas r.a. menyebutkan bahwa Ummu Haritsah berkata, “Wahai Rasul, beritahukan padaku nasib Haritsah! Bila dia berada di surga maka aku menerimanya dan bersabar. Namun, bila dia tidak di surga maka aku akan menangis sejadi-jadinya.”
Rasulullah SAW menjawab, “Wahai Ibu, kenikmatan surga sangat melimpah. sesungguhnya putramu mendapatkan firdaus tertinggi.”
Kesabaran tersebut datang dari keimanan. Dua kisah teladan diatas adalah buktinya. Dengan demikian sifat sabar seseorang itu melekat pada keimanannya. Dengan itulah segala persoalan hidup dapat dihadapi.[]
Sumber: Akhlak Rasul Menurut Bukhori dan Muslim karya Abdul Mun’im al-Hasyimi, hal 49, penerbit Gema Insani.