IBNU Mas’ud RA. berkata, “Rasulullah pernah berkata kepada saya, ‘Bacalah Al-Qur’an di hadapanku!’
Aku jawab, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana aku membacakan Al-Qur’an di hadapanmu, padahal Al-Qur’an diturunkan kepadamu?’
Beliau berkata, ‘Aku ingin mendengar bacaan Al-Qur’an dari orang lain.’
Lalu, aku pun membacakan di hadapan beliau Surat An-Nisa’ dari awal surat sampai ayat yang berbunyi, ‘Dan bagaimanakah (keadaan orang kafir nanti) jika Kami mendatangkan seorang saksi (Rasul) dari setiap umat dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka.’ (QS An-Nisa’ [4]: 41)
‘Cukup!’ kata beliau sambil meneteskan air mata.” (HR Bukhari)
Imam Nawawi RA. berkata, “Selayaknya seseorang senantiasa bersungguh-sungguh dalam menyibukkan diri dengan ilmu, baik dengan cara membaca, dibacakan, maupun membacakan kepada orang lain, menelaah, memberikan catatan-catatan, membahas, mudzakarah (mempelajari dan mengulang pelajaran), dan menulisnya.
Dan janganlah dia merasa sombong sehingga tidak mau belajar kepada orang yang di bawahnya dari sisi umur, nasab, atau kemasyhuran. Bahkan, hendaknya dia bersemangat untuk mendapatkan faedah dari orang yang memilikinya.”[]