“ANAKKU, suatu hari nanti, kamu akan melihatku tua renta, dengan pola yang tidak logis, jika hari itu datang, aku mohon berikan sebagian waktumu untuk memperhatikanku, berikan pula sebagian kesabaranmu untuk memahamiku. Saat tanganku mulai bergetar-getar, sehingga seringkali makananku jatuh ke dadaku, saat aku tidak kuat lagi memakai bajuku sendiri, maka hiasilah sikapmu dengan kesabaran mengurusku.
“Ingatlah dulu ketika aku bertahun-tahun lamanya mengajarimu hal-hal yang tidak bisa kulakukan di hari ini. Jika aku tidak lagi rapi dan wangi; jangan salahkan aku. Tapi ingatlah di masa kecilmu, bagaimana aku selalu berusaha menjadikanmu rapi dan wangi. Jangan menertawakanku, bila kamu melihat aku tidak tahu atau tidak paham tentang perkembangan zamanmu.
“Tapi jadilah kamu mata dan pikiranku, agar aku bisa menutupi ketertinggalanku. Aku dahulu yang mendidikmu, aku dulu yang mengajarimu bagaimana menghadapi hidup ini. Akulah yang dulu mengajarimu apa yang harus aku lakukan hari, dan apa harusnya tidak aku lakukan hari ini.
“Janganlah kamu bosan dengan lemahnya ingatanku, lambatnya kata-kata dan pikiranku saat berbicara denganmu. Karena yang membahagiaanku saat ngobrol denganmu sekarang ini; adalah kebersamaanku denganmu saja. Bantulah aku untuk mendapatkan keinginanku, karena aku masih tahu apa yang kuinginkan.
“Saat kedua kakiku tidak patuh lagi untuk membawaku ke tempat yang kuinginkan; jadilah kamu seorang yang penyayang… Ingatlah bahwa aku dahulu menuntunmu berkali-kali agar engkau mampu berjalan.
“Maka jangan kaumalu menuntunku saat itu, karena nanti juga kamu akan mencari orang yang menuntunmu.
“Ingatlah, di umurku ini aku tidaklah menginginkan kehidupan sepertimu, tapi simpelnya, aku hanya menunggu kematian. Maka, temanilah aku, jangan kau campakkan aku. Saat kamu ingat kesalahan-kesalahanku; ingatlah bahwa tidak ada yang kuinginkan darinya kecuali kebaikan untukmu.. maka, sesuatu yang paling baik kau lakukan untukku saat ini adalah memaaafku, menutupi aibku.. semoga Allah memaafkanmu dan menutupi aibmu.
“Sungguh tawa dan senyumanmu masih terus membuatku bahagia seperti dulu.. oleh karena itu, jangan halangi aku untuk menemanimu. Aku dahulu bersamamu saat kamu dilahirkan.
“Maka, hendaklah kamu bersamaku saat aku mendekati kematian.
“Ya Rabb, ampunilah aku dan kedua orang tuaku…
“Sayangilah mereka berdua, sebagaimana mereka telah mendidikku (dengan kasih sayang) saat aku kecil.” []