DRAMA hilangnya Ketua DPR RI Setya Novanto Rabu (15/11/2017) lalu diikuti oleh munculnya sayembara berhadiah 10 juta rupiah bagi siappun yang menemukan buruan KPK itu. Walhasil, Kamis (16/11/2017) malam, media dikejutkan oleh kabar kecelakaan tersangka kasus e-KTP itu.
Setelah 2 kali ditetapkan sebagai tersangka dan berkali-kali mangkir dari panggilan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), orang nomor satu di partai Golkar itu akhirnya bertabrakan dengan tiang listrik.
Warganet yang dibuat gemas dengan aksi ‘licin’ Setnov kemudian menyemarakkan jagad maya dengan tagar #SaveTiangListrik.
Drama ‘kejar-kejaran’ antara Setnov dan KPK yang menuai banyak komentar baik positiv maupun negatif itu seolah menampakkan gambaran masyarakat yang semakin jeli dalam melihat isu politik.
Kecelakaan yang dialami Setnov dianggap memiliki banyak kejanggalan. Kejadian itu juga dikait-kaitkan dengan peristiwa sakitnya Setnov beberapa waktu lalu yang disebut-sebut pura-pura demi menghindari jeratan hukum.
Pada peristiwa kecelakaan kemarin pun, warganet melihatnya sebagai kebetulan yang mungkin saja menguntungkan Setnov dalam menghindari pemeriksaan KPK.
Masyarakat sudah terlalu sering disuguhi tontonan dramatis seperti itu dari para koruptor negeri ini yang seringkali beralsan sakit. Ini jadi semacam lagu lama yang diaransemen ulang. Sehingga komentar satir pun bermunculan dari berbagai kalangan. Bukan lagi mengomentari orang yang bersangkutan, tapi secara cerdas sekaligus kocak warganet menyoroti sang tiang listrik malang.
Mereka seolah dibuat gagal fokus akan musibah yang menimpa ‘papah’. Namun, sesungguhnya, inilah bentuk perhatian besar dari masyarakat untuk para pembesar negerinya.
Tagar #SaveTiangListrik berhasil bertahan jadi tranding topik hingga Jum’at (17/11/2017), namun drama politik dan hukum di negeri ini tentunya akan terus bergulir. Kebenaran harus terungkap agar keadilan dapat ditegakkan.
Hal itulah yang sebenarnya diharapkan dari beragam komentar dibalik nyinyir ataupun kekonyolan. Jika tiang listrik saja butuh keadilan apalagi masyarakat, bukan? []