SURIAH—Muslim di wilayah Ghouta Suriah yang terkepung kini benar-benar mengalami krisis makanan. Saking kekurangannya, warga Ghouta terpaksa makan sampah, pingsan karena kelaparan atau memaksa anak-anak mereka makan pada hari-hari tertentu. Keterangan ini disamapikan Program Pangan Dunia PBB (WFP) dalam sebuah laporan pada Rabu (22/11/2017).
Selain Ghouta, sekitar 174.500 warga di kota Douma di wilayah yang terkepung terpaksa mengonsumsi makanan yang tak layak sejak September kemarin, Alarabiya mengutip WFP melaporkan pada Kamis (23/11/2017).
“Ini termasuk mengonsumsi makanan kadaluarsa, makanan ternak dan sampah, berhari-hari tanpa makan, mengemis dan terlibat dalam kegiatan berisiko tinggi untuk mendapatkan makanan. Selain itu, kini banyak terjadi insiden pingsan akibat kelaparan yang terjadi pada anak-anak sekolah dan guru,” tambah laporan tersebut.
Sedikitnya empat orang meninggal akibat kelaparan, termasuk seorang anak di Douma yang bunuh diri karena kelaparan.
Laporan ini berdasarkan pada survei via telepon genggam dan informasi dari kontak di lapangan.Pasukan yang setia kepada Presiden Bashar al-Assad telah lama mengepung pejuang pembebasan di Gouta Timur sejak tahun 2012. Dan Douma tidak memiliki konvoi bantuan pangan sejak menerima jatah tepung terigu pada bulan Agustus silam.
Meskipun wilayah tersebut adalah kawasan pertanian, namun lahan subur di pinggiran Ghouta Timur berada di garis depan konflik atau ditargetkan oleh penembak jitu.
Pekan lalu pertempuran menghancurkan ransum yang baru saja didistribusikan di gudang, sehingga memperparah krisis makanan. Meskipun Damaskus hanya berjarak 15 km, roti seberat 700 gram (25 ons) harganya bisa 85 kali lebih mahal di Ghouta Timur.
“Situasi seperti ini akan memburuk lebih lanjut dalam beberapa minggu mendatang ketika persediaan makanan yang diperkirakan akan habis total,” tulis laporan tersebut.
Akibat pembatasan oleh rezim Assad, WFP hanya bisa menyediakan sebagian kecil dari makanan yang dibutuhkan. Satu keranjang makanan dibagi di antara enam anggota keluarga.
Beberapa rumah tangga bahkan beralih ke strategi ‘rotasi’ di mana anak-anak yang telah makan kemarin, tidak akan makan hari ini dan sebaliknya. []