BOGOR–Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kyai Ma’ruf Amin menyatakan MUI akan terus berupaya menguatkan paham Islam Washatiyah (moderat) di Indonesia. Pandangan moderat dianggap bisa mendobrak kekakuan beragama sekaligus menolak paham liberal. Islam dengan pandangan Washatiyah mencangkup pemikiran dan landasan gerakan.
“Sebab ada pemikiran yang sangat tekstual, yang tidak berubah-ubah. Sebaliknya ada juga yang semuanya boleh berubah. Ya liberal yang berubah-ubah itu,” katanya saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) MUI ke-3 di Hotel Sahira, Bogor, Jawa Barat, Selasa (28/11) malam.
Kyai Ma’ruf menjelaskan, Islam Washatiyah berada di antara keduanya. Islam Washatiyah berusaha menyesuaikan teks-teks keagamaan dengan perubahan zaman. Namun, perubahan itu tetap memiliki batasan yang ketat.
“Walau dinamis, tidak liberal ada manhaj-nya, metodologinya yang kita pakai. Dia moderat, dinamis ada pakemnya, tidak ngawur, dan ada pedoman,” jelasnya.
Paham inilah yang juga dikuatkan dalam lembaga tempat ulama, cendikia, dan berbagai ormas Islam itu berhimpun. Di MUI, kata lelaki yang juga menjabat sebagai Rais Aam PBNU ini, tidak boleh ada yang menganut pemikiran yang intoleran. Perbedaan pandangan di tubuh kepengurusan diselesaikan secara musyawarah dan menyamakan persepsi. Sebab, perbedaan adalah sesuatu yang niscaya karena adanya ijtihad.
“Tetapi tetap ada batasnya, perbedaan yang kita toleransi yang ada di wilayah mahalul ikhtilaf, di luar itu bukan perbedaan tetapi penyimpangan. Ikhtilaf harus ditoleransi, penyimpangan harus diamputasi,” tuturnya. []
Reporter: Tommy
Editor: Rifki