Oleh: Trias Abdullah
Penulis Tinggal di Bandung
AKU melihat puluhan ibu berbaris di jalan. Berdiri di depan puluhan kardus berisi makanan, sambil merasa cemas menanti kedatangan puluhan ribu orang yang bersiap datang, singgah sebentar, kemudian melanjutkan perjalanan panjang.
Aku melihat seorang ibu berkerudung hitam mengusap mata pelan-pelan, sambil menutup mulut dengan sebelah tangan. Terisak di antara istigfar yang ia ucap sendirian, dan takbir yang diucap lantang orang-orang.
Barangkali ia sadar, puluhan orang yang sedang berbaris panjang, mereka akan menempuh jarak yang tak sebentar. Dengan bentang ruang 270 KM yang panjang, atau setara dua hari delapan jam perjalanan.
Pada mata mereka terpancar semangat melampaui jarak yang harus ditempuh. Pada tungkai kaki mereka ada kekuatan yang tak habis dimakan rapuh.
Pada siapa kaki kanan mereka tertuju?
Pada-Nya yang memberikan ganjaran.
Pada siapa kaki kiri mereka berayun?
Pada-Nya yang menghapus segala kesalahan.
Aku melihat puluhan lelah mereka tambatkan di salah satu dahan malam. Untuk mereka pakai di keesokan. Menjadi saksi di hari yang akan datang, menjadi bukti untuk siapa mereka berjalan.
Di keesokan, akan segera terdengar takbir yang menggema, zikir yang mengangkasa. Menjadi pertanda jika ada jutaan orang memuji asma-Nya. Menunjukkan keberpihakan pada siapa.
Untukmu, peserta aksi bela Islam jilid tiga.
Mari kembalikan niat pada Siapa amal kita bermuara.
Dengannya, Semoga Allah memperkenankan kita bertemu di surga-Nya. []