Oleh: Tugiarti
Anggota Kelas Menulis Islampos
Sebagian orang mengatakan “apalah arti sebuah nama”. Nama hanya sekedar sebutan atau panggilan. Sehingga orang tua terkadang memberi nama anaknya dengan nama yang kebarat-baratan. Bahkan tak jarang pula memberi nama anak secara berlebihan. Supaya keren dan beken. Serta berbagai alasan lainnya.
Lalu, bagaimana pandangan Islam dalam hal nama?
Syariat Islam merupakan agama yang sempurna. Segala urusan manusia dari perkara yang besar hingga kecil diatur didalamnya. Termasuk memberi nama.
Dianjurkan untuk memberi nama anak dengan nama yang baik dan disukai Allah.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
” إِنَّ أَحَبَّ أَسْمَائِكُمْ إِلَى اللَّهِ عَبْدُ اللَّهِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ ” .
“Sesungguhnya nama-nama yang paling disukai Allah Ta’ala ialah nama-nama seperti: ‘Abdullah, ‘Abdurrahman.” (HR. Muslim).
Seseorang belum dikatakan beriman hingga ia lebih mencintai Rasulullah dibandingkan mencintai orang tua dan dirinya sendiri. Sehingga apapun perintah Rasulullah wajib ditaati.
Suatu hari Rasulullah bertanya kepada seorang, “Siapakah namamu?”
“Hazn -susah,” jawabnya.
Rasulullah menjawab, “Tidak, engkau adalah Sahl -mudah.”
Orang tersebut menjawab, “tidak ya Rasulullah, Hazn adalah pemberian bapakku.”
Orang tersebut tidak menghiraukan perintah Rasulullah. Tidak mau mengganti namanya. Dengan sebab bapaknya yang telah memberi nama. Sejak saat itu, kesusahan tidak berhenti menimpanya.
Larangan memberi kunyah -gelar- Abu Al Qasim
Generasi sahabat, merupakan generasi yang terbaik sepeninggalan Nabi. Mereka sangat berhati-hati dalam beramal. Tidak mau berbuat sebelum bertanya kepada Nabi. Bahkan dalam hal nama, mereka berhati-hati. Tidak memberi kunyah atau gelar kepada bapaknya sebelum bertanya kepada Nabi.
Suatu ketika seseorang diantara sahabat mempunyai anak. Lalu dia memberinya nama Al Qasim. Maka sahabat berkata, “kami tidak akan menjuluki kamu dengan Abu Al Qasim.”
Kemudian orang tersebut menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Melaporkan hal tersebut. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “berilah anakmu nama Abdurrahman.”
Dalam hadits riwayat Imam Muslim, dari Jabir bin ‘Abdullah berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
َ ” تَسَمَّوْا بِاسْمِي وَلاَ تَكَنَّوْا بِكُنْيَتِي فَإِنِّي أَنَا أَبُو الْقَاسِمِ أَقْسِمُ بَيْنَكُمْ ”.
“Namailah dengan namaku, tetapi janganlah menjulukinya dengan julukanku. Sesungguhnya aku adalah Abu Al Qasim yang akan membagi di antara kalian.”
Apakah diperbolehkan mengganti nama?
Hindari nama yang arahnya menyanjung diri. Rasulullah melarang nama yang menyanjung diri sendiri. Dapat menyebabkan lupa diri. Diperbolehkan mengganti nama, seperti yang Rasulullah lakukan terhadap istri beliau yaitu Zainab binti Jahsy.
Dari Abu Hurairah, bahwa dulu Zainab bernama ‘Barrah’ -si baik atau si suci.
Lalu di katakan kepadanya, “apakah kamu mau menganggap dirimu telah suci?”
Maka, kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menggantinya dengan nama Zainab.
Nama terburuk.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda.
” إِنَّ أَخْنَعَ اسْمٍ عِنْدَ اللَّهِ رَجُلٌ تَسَمَّى مَلِكَ الأَمْلاَكِ ” . زَادَ ابْنُ أَبِي شَيْبَةَ فِي رِوَايَتِهِ ” لاَ مَالِكَ إِلاَّ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ ” .
“Sesungguhnya nama yang terburuk di sisi Allah Ta’ala ialah nama “Malikul Amlak” (Maha Raja Diraja)”. (HR. Muslim).
Tidak ada Raja selain Allah Azza wa Jalla. Memberi nama anak seperti diatas, dapat dimaksudkan menandingi. Dia lah Allah yang Maha Esa. Tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya.
Wahai saudaraku seiman, bilamana memiliki bayi dekatkan ia dengan orang yang sholeh. Bukankah keadaan bayi masih polos? Mintakan doa kebaikan untuk si bayi. Manfaatkanlah segala perkara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Termasuk dalam urusan nama. Waallahu a’lam. []
@kelasmenulis, 3 desember 2017.