Oleh: Yauma Bunga Yusyananda, yaumabunga@student.upi.edu
“…Tapi hari ini, kita akhirnya mengakui hal yang jelas: bahwa Yerusalem adalah ibu kota Israel. Ini tidak lebih dan tidak kurang, adalah sebuah pengakuan realitas. Ini juga menjadi hal yang benar untuk dilakukan. Ini hal yang harus dilakukan…”
Pernyataan yang dapat membuat dunia bergeming dalam sekejap. Seperti dilansir dari situs resmi Gedung Putih, whitehouse.gov, Kamis (7/12/2017), pidato Trump ini fokus membahas soal pengakuan resmi Yerusalem sebagai ibu kota Israel juga soal rencana pemindahan Kedubes AS dari Tel Aviv ke Yerusalem. (news.detik.com)
Konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina tidak menemui titik terangnya sama sekali. Faktanya, sejak dimulainya konflik ini sekitar tahun 1967 diberbagai situs internet pemberitaannya seakan timbul tenggelam, walau kenyataan di lapangan tetap terjadi konflik.
Dan hebatnya lagi, keberanian untuk mengambil langkah tegas menjadikan Yerusalem sebagai Ibukota salah satu negara yang disebut-sebut negara berdaulat yang berhak menentukan Ibukotanya sendiri (Dibaca : Israel) membuat Presiden AS Donald Trump mengeksekusi langkahnya sebagai langkah baru, upaya pendekatan perdamaian konflik Israel-Palestina.
Donald Trump dalam pidatonya menentang dunia bahkan menentang warga Yerusalem sendiri. Karena setelah diwawancarai salah seorang kristen di Yerusalem mengatakan bahwa yang berhak atas tanah mereka adalah warganya bukan orang luar yang berhak mengotak-atik tanah mereka.(republika.co.id)
Menilik dari sejarahnya, Yerusalem menjadi tempat suci bagi tiga agama yakni Yahudi, Kristen dan Islam. Sejak menjadi rebutan antara Israel dengan Palestina, PBB memutuskan Yerusalem berada di bawah kontrol mereka.
Perserikatan Bangsa-Bangsa pun belum berhasil untuk memberikan solusi damai untuk konflik ini. Donald Trump disinyalir dapat mempersatukan dunia terutama kaum Muslimin. Kaum Muslim sendiri berkeyakinan bahwa tanah palestina merupakan tanah milik kaum Muslimin.
Teringat suatu hadist Rasulullah yang isinya “Berbahagialah Syam, berbahagialah Syam, berbahagialah Syam!”, kata Nabi memulai halaqah beliau. Sahabat bertanya, “Dengan apa yang Rasul Syam berbahagia?”, lalu dengan lugas Rasul menjawab, “Para Malaikat membentangkan sayap-sayapnya di Syam”. Al-Izz bin Abdussalam berkata: “Maksdunya adalah bahwa Allah dan para Malaikat memberkahi juga merahmati tanah Syam”.
Kita tau bahwa Tanah Syam, termaksud wilayah Palestina ialah milik Kaum muslimin sampai kapanpun tanah itu tetap menjadi milik kaum muslim,disuburkan dengan darah para mujahid dan diberkahi karena akhlak penduduknya.
Dan penghargaan terbesar dari sebuah keyakinan adalah berusaha mewujudkannya. Maka jika orang-orang diluar Islam memiliki keyakinan untuk mewujudkan perdamaian dengan menjadikan Yerusalem sebagai Ibukota negara, yang mereka sebut-sebut sebagai negara Israel. Sungguh, anak-anak penduduk di negeri Palestina tidak mengetahui bahwa Israel merupakan sebuah negara yang telah diakui. Israel adalah orang-orang yang datang dari Amerika sebagai penjajah bagi mereka.
Maka yang menjadi cambuk bagi kaum muslimin di dunia saat ini, bahwa perdamaian tidak pernah ada dalam genggaman, jika apa yang menjadi keyakinan tidak kita hargai sama sekali. Kita tidak menghargai keyakinan kita untuk mewujudkannya, bahwa tanah Palestina adalah tanah kaum muslimin, tanah Palestina adalah tanah yang diberkahi oleh Allah dan kita tidak bersatu karena kehilangan sebuah perisai yang menjadikan kita bersatu sebagai kaum muslimin yang bersaudara satu sama lain. Maka sudah saatnya kaum muslimin di dunia ini bersatu dalam satu naungan berdasarkan persatuan aqidah Islamiyyah. Allahu Akbar! []