JAKARTA–President Aksi Cepat Tanggap (ACT) Ahyudin menjelaskan, Jerusalem dengan Al-Aqsha, memuat dimensi-dimensi yang terlalu kuat untuk bisa dikendalikan kekuasaan manapun. Pertama, dimensi spiritual. Bujukan, lobby bahkan ancaman mungkin bisa mengendorkan bahkan melepaskan komunitas bahkan sebuah bangsa untuk kepentingan ekonomi, tapi tidak untuk spiritual.
“Artinya, penguasaan sepihak untuk aset spiritual sejumlah agama sekaligus, memicu penolakan hingga perlawanan untuk mempertahankannya habis-habisan. Kedua, dimensi politik. Dunia sudah cukup lama mengikuti krisis Palestina dan memperoleh pemahaman memadai posisi dan kepatutan internasional seperti apa yang layak didukung dan sikap antarbangsa mana yang layak digugat,” ujarnya dari rilis yang diterima Islampos.com Senin (11/12/2017).
Menurutnya, bagaimana Israel meraih pencapaian politiknya saat ini, dunia faham; pun bagaimana Palestina diperlakukan selama ini juga sangat dimaklumi dunia. Hal ini dinilai Ahyudin cukup untuk melihat bagaimana sikap dunia dipetakan dalam konstelasi hubungan Palestina-Israel.
“Khusus untuk sikap Amerika Serikat atas Jerusalem, nyaris tak terdengar ada negara yang mendukungnya. Ketiga, dimensi sosial. Krisis Palestina telah membuka hati dunia dan membuka diri menyantuni rakyat Palestina, bahkan memberi ruang hidup bagi warga Palestina yang berdiaspora di banyak negara,” pungkasnya. []
Reporter: Rhio