PRANCIS—Menteri pendidikan Prancis dikabarkan telah memicu perdebatan setelah ia melarang ibu-ibu yang mengenakan jilbab untuk mengantar atau menjemput anak-anak mereka dari sekolah. Keterangan ini disampaikan menteri pendidikan Prancis pada Ahad (10/12/2017).
“Orangtua dilarang menggunakan simbol agama yang mencolok seperti jilbab bagi wanita Islam saat mengantar atau menjemput anak mereka di sekolah,” kata Jean-Michel Blanquer, The Express melaporkan.
“Pendapat pribadi saya adalah bahwa setiap orang yang menemani anak ke dan dari sekolah harus dianggap sebagai ‘pekerja layanan masyarakat.’ Ini berarti mereka memiliki kewajiban untuk menyesuaikan diri dengan kode social,” ungkap Blanquer kepada RT.
“Saya menghormati hukum Prancis dan bukan kewenangan saya untuk membuat pernyataan tentang masalah ini. Tapi kita harus bermain sesuai peraturan, dan aturan harus dipatuhi semua orang,” tambahnya.
Ini bukan pertama kalinya jilbab menjadi fokus pemberitaan di Prancis..
Sebelumnya pada Desember 2013, Dewan Negara – pengadilan administratif tertinggi Prancis – memutuskan bahwa orang tua yang mengantar atau menjemput anak-anak mereka di sekolah tidak dapat dianggap sebagai “pekerja layanan masyarakat sukarela.
Keputusan tersebut bertentangan dengan keputusan sebelumnya yang dibuat pada Maret 2012 oleh Luc Chatel, menteri pendidikan Prancis saat itu. Keputusan tersebut tidak melarang orang tua memakai simbol-simbol keagamaan yang mencolok saat mengantar atau menjemput anaknya di sekolah.
Pada bulan Juli 2016, presiden Prancis Emmanuel Macron – yang saat itu menjabat menteri ekonomi di pemerintahan sosialis François Hollande – mengatakan bahwa dia “menentang” undang-undang baru yang melarang orang tua mengenakan simbol-simbol agama saat mengantar atau menjemput anak-anak mereka di sekolah. []