ANKARA— Direktur Dokter Lintas Batas (MSF) Dr. Sidney Wong mengatakan laporan survei di kamp-kamp pengungsi di Bangladesh sebanyak 71,7 persen atau 6.700 jiwa tewas karena aksi kekerasan. 730 di antaranya adalah anak-anak berusia di bawah lima tahun.
“Kami telah menemui dan berbicara dengan para penyintas yang saat ini mengungsi di kamp-kamp yang penuh sesak dan kotor di Bangladesh. Apa yang kami temukan di sana sangat mengejutkan,” jelas MSF.
Direktur MSF Dr. Sidney Wong mengatakan, jumlah angka kematian terbesar ditemukan bersamaan dengan “operasi pembersihan” oleh pasukan keamanan Myanmar.
“Kasus penembakan menjadi penyebab kematian terbesar, yakni 69 persen, diikuti dengan pembakaran hidup-hidup sebanyak 9 persen, dan pemukulan sampai mati, yaitu 5 persen,” jelas Wong.
“Lebih dari 59 persen balita tewas ditembak, 15 persen dibakar, 7 persen dipukuli, dan 2 persen tewas karena ledakan ranjau,” tambah dia.
“Proses penandatangan kesepakatan pemulangan pengungsi antara pemerintah Myanmar dan Bangladesh masih prematur,”ujar Dr wong
Ia pun menegaskan bahwa orang-orang Rohingya seharusnya tidak dipaksa untuk pulang karena keamanan dan hak-hak mereka harus dijamin.
Disebutkan pula lebih dari 647.000 Rohingya telah mengungsi dari Myanmar ke Bangladesh sejak 25 Agustus. Mereka melarikan diri dari operasi militer yang menewaskan pria, wanita, dan anak-anak, menjarah rumah, dan membakar desa-desa mereka. []
Sumber:AnadoluAgency