Oleh: Newisha Alifa
newishaalifa@gmail.com
“KATA orang hidup itu seperti roda kehidupan. Kadang di atas, kadang di bawah. Gue pernah di bawah dan sekarang lagi di atas. Dan gue bakal tahan itu rodanya biar nggak muter lagi,” kelakar seorang pemuda yang tengah menikmati masa-masa kejayaan sebagai buah dari kerja kerasnya selama ini.
Aku hanya tersenyum saat menyaksikan candaannya waktu itu. Kupikir, ada-ada saja idenya, meskipun hanya sekadar gurauan semata, tapi aku mengerti maksudnya. Kebanyakan manusia yang sudah kenyang menyesap pahit getirnya kehidupan, kemudian Allah berikan dia kesempatan untuk mencicipi manis dan nikmatnya kefanaan, pasti tak ingin kembali lagi ke masa lalunya yang tenggelam dalam duka dan airmata.
Tapi …
Saat itu, mungkin baik aku dan dia sama-sama lupa, bahwa tak ada satu pun kata yang luput dari pencatatan malaikat, termasuk tiap helai canda yang terulur lewat kata-kata.
Beberapa tahun kemudian, si dia pun sakit keras. Entah sudah berapa banyak rentetan angka nol yang keluar dari koceknya untuk membayar biaya pengobatan.
Kami pikir dia akan kembali sehat seperti sedia kala. Dan karena dia dikenal sebagai sosok yang baik hati, dermawan dan memang ringan tangan dalam menolong orang lain, membuat kami pun ikut mendoakan agar Allah segera menyembuhkannya.
Dan benar saja, Allah menyembuhkan hamba-Nya yang satu itu. Menyembuhkan dengan mengangkat penyakit sekaligus si penderitanya ke pangkuan Allah tuk selama-lamanya.
Ya, dia pun berpulang ke Rahmatullah.
Kelakarnya untuk menghentikan roda kehidupannya yang tengah berada di atas, Allah ijabah. Roda kehidupannya benar-benar terhenti dan tak sempat berputar ke bawah lagi. Berhenti untuk sekarang dan seterusnya, karena sang ajal telah melakukan tugasnya, untuk memisahkan seorang hamba dengan segala pernak-pernik hidupnya.
Itulah roda kehidupan, yang akan terus berputar seiring dengan terus melajunya usia kita.
Namun, janganlah keliru …
Sejatinya yang terpenting bukanlah sedang di bagian mana roda hidup kita berhenti berputar. Tapi, bagaimana keadaan iman kita saat ia terhenti oleh kematian. Husnul Khotimah kah, atau justru Su’ul Khotimah? []
16 Muharram 1438H