ADA kisah menarik di masa Nabi Daud ‘alaihissalam. Kala itu, Bani Israil ingin berjuang melawan kezhaliman raja Jalut. Segala persiapan pun dilakukan. Termasuk, ujian pada hati dan jiwa. Sebelum berangkat perang, komandan mereka yang bernama Thalut menunjuk sesuatu sebagai ujian utama. Sesuatu itu bernama sungai.
“Sesungguhnya Allah akan mengujimu dengan sungai. Siapa yang meminum airnya, ia bukan pengikutku. Siapa yang tidak meminumnya kecuali menceduk seceduk tangan, maka ia pengikutku,” ucap Thalut ke seluruh pasukan. Setelah itu, pasukan pun bergerak.
Lama mereka berjalan. Panas terik suasana padang pasir Palestina kian menyedot energi mereka. Haus pun tak lagi tertahankan. Tiba-tiba, sungai yang begitu jernih membentang di hadapan mereka. Seolah memberikan dukungan langsung atas perjuangan yang begitu melelahkan.
Saat itulah, pasukan Bani Israil ini lupa dengan pesan komandannya. Mereka merasa begitu haus. Dan menganggap wajar untuk minum sepuas-puasnya. Kecuali, sebagian kecil yang benar-benar teguh dan istiqamah. Justru, dari pasukan yang sedikit inilah kemenangan berhasil mereka raih.
***
Sederhana, tapi sulit. Itulah yang mereka anggap tentang sungai. Mungkin buat negara-negara hujan tropis seperti Indoneisa, sungai bukan simbol yang menarik buat batu ujian utama. Air bisa ditemukan di mana-mana. Tapi buat negeri padang pasir, sungai merupakan sumber kehidupan langka. Mahal. Menggiurkan.
Jika ditempatkan sebagai sebuah simbol, sungai jernih di negeri gersang persis seperti sungai harta di negeri miskin. Sungai seperti itu menjadi tempat idaman buat mereka yang tak lagi mampu menahan haus. Kalau tidak karena kesadaran yang baik, sungai dan rasa haus menjadi pertemuan yang sulit untuk dipisahkan. Kalau bukan karena kasih sayang Allah, tidak sedikit yang akan tenggelam dalam sungai kemewahan.
Kalau itu yang terjadi, ungkapannya mungkin akan persis sama seperti yang pernah diucapkan pasukan Thalut yang berguguran sebelum berjuang. “Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya.” (QS. Al-Baqarah: 249). []