JAKARTA—Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D, Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kemenristekdikti, dalam Education Outlook 2018 yang diselenggarakan Dompet Dhuafa Pendidikan di Meeting Room IBIS Budget, Menteng, Rabu, (20/12/2017), mengungkapkan empat masalah utama SDM lulusan perguruan tinggi di Indonesia.
Empat permasalahan utama yang dihadapi oleh pendidikan tinggi di Indonesia yaitu kualitas SDM Indonesia, kualitas mutu perguruan tinggi, relevansi kualifikasi SDM lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan dunia kerja, karakter kebiasaan manusia Indonesia.
“Apabila dibandingkan dengan Cina yang memiliki jumlah penduduk sebesar 1,5 milyar, Indonesia masih mengungguli, sebab jumlah Perguruan Tinggi di Cina hanya sekitar 1500-an,” ujar Ali Ghufron dalam rilis yang diterima Islampos.com, Kamis (27/12/2017).
Jumlah perguruan tinggi di Indonesia, menurut Ali Ghufron, termasuk terbesar di dunia, yakni sebanyak 4539 Perguruan Tinggi. Hal ini menunjukkan Indonesia termasuk negara yang memberikan cukup kebebasan untuk membuka perguruan tinggi.
“Jumlah perguruan tinggi yang besar ini menghasilkan jumlah lulusan yang besar pula. Namun, dengan melimpahnya jumlah lulusan perguruan tinggi. Terdapat beberapa permasalahan yang muncul. Salah satu yang menjadi sangat penting adalah tentang relevansi kompetensi,” jelas penerima gelar Doktor Honoris Causa bidang kesehatan dari Coventry University di Inggris.
Terdapat data yang cukup mencengangkan, jelas Ali, dimana mahasiwa Indonesia yang menempuh program studi pertanian hanya sekitar 5%, 16% teknik, sedangkan yang terbanyak lulusan bidang sosial dan politik jumlahnya lebih dari 50%.
“SDM yang diproduksi perguruan tinggi jumlahnya besar, namun relevansi kompetensi mereka yang kurang sesuai dengan kebutuhan dunia menjadikan mereka kurang terserap, sehingga timbullah banyak pengangguran,” papar pria kelahiran Blitar, 17 Mei 1962 ini.
Oleh karena itu, pemerintah saat ini sedang menyusun data kebutuhan SDM di dunia kerja agar hasilnya nanti dapat dijadikan acuan untuk menyusun pola pendidikan dalam perguruan Tinggi.
“Hal ini menjadi penting sebab perguruan Tinggi di Indonesia seharusnya menghasilkan lulusan yang siap untuk terjun mengelola potensi yang ada di Indonesia. Potensi yang besar di Indonesia tentunya adalah bidang pertanian dan kelautan. Potensi ini perlu dikelola penggunaan teknologi,” jelas pria yang juga rektor Universitas Trisakti Jakarta ini.
Selain relevansi kompetensi, perguruan tinggi juga harus merumuskan proses pendidikan yang dapat membangun karakter para peserta didiknya. Sebab karakter merupakan satu modal penting untuk kesuksesan seseorang.
“Jika bangsa Indonesia ingin unggul, harus memiliki karakter yang berkualitas” tutupnya.
Dalam diskusi Education Outlook 2018 yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa Pendidikan dengan tema “Meneropong Daya Saing SDM Lulusan Perguruan Tinggi Indonesia hadir beberapa narasumber yang kompeten di bidangnya masing-masing.
Diantaranya yakni, perwakilan dari pemerintahan, hadir Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D (Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kemenristekdikti). Dari pihak perusahaan swasta, hadir Afiat Djajanegara (GA and Administration Manager PTTEP Indonesia), serta dari pihak Dompet Dhuafa Pendidikan diwakili oleh Direktur Dompet Dhuafa Pendidikan, Muhammad Syafiie el Bantanie. []