KEINGINAN yang tidak terkendali bisa menjadi ancaman serius bagi kehidupan manusia. Ia bisa menjadi tuan dan manusia sebagai budaknya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Celaka dan kecewa hamba dinar, dirham, perhiasan, permadani dan pakaian. Jika diberi diam dan jika tidak diberi ia tidak rela.” (HR. Bukhari)
Berkaitan dengan keinginan manusia, para filusuf mengenalkan kita dengan paham hedonisme (dari bahasa Yunani, bermakna kesenangan). Ia adalah aliran filsafat yang menganggap kesenangan sebagai puncak dari kebaikan dalam kehidupan manusia sehingga mengejar kesenangan menjadi tujuan ideal dari tingkah laku.
Itulah sebabnya, paham hedonis menghalalkan apapun yang menjadi keinginan manusia. Apa saja bisa dilakukan yang penting adalah kesenangannya bisa terpenuhi.
Hedonisme tentunya sangat berbahaya bagi manusia. Karena ia menumpulkan kepekaan dan membutakan pikiran. Hedonisme juga akan melahirkan tamak, kikir, terlalu cinta dunia, dan kenikmatan fisik. Sebagian orang rela menghabiskan waktu, uang, tenaga yang tidak sedikit agar kesenangannya dapat terpenuhi.
Hedonisme juga memunculkan sikap mencintai diri sendiri secara berlebihan, yang biasa disebut dengan istilah narcissisme. Kaum narcissesme ini sendiri sangat gemar memanjakan diri sendiri. Bagi mereka, tidak ada lagi batas yang jelas antara kebutuhan dengan keinginan.
Keinginan yang menggebu dapat pula menipiskan rasa malu. Kepekaan sosial pun tidak ada artinya bagi kaum hedonis. Rasulullah Saw telah mengingatkan kita terhadap bencana yang akan ditimbulkan. Beliau bersabda,
“Tidaklah dua ekor serigala lapar yang dilepas pada kerumunan hewan ternak lebih merusak dari kerusakan pada agama seseorang akibat bernafsunya ia terhadap harta dan kehormatan.” (HR. Tirmidzi). []
Sumber: Ledakan Potensi Dirimu/M. Iwan Januar/Madani Prima/2008