PERGANTIAN tahun dalam kalender Masehi hanya tinggal menghitung hari. Kemeriahannya kini mulai terasa. Banyak orang telah merencanakan liburan mereka bersama keluarga. Bahkan, di malam pergantian tahun, mereka mempersiapkan diri untuk merayakannya.
Meski begitu, umat Muslim tidak seharusnya sama seperti mereka yang merayakan tahun baru Masehi. Mengapa? Sebab, kita tahu bahwa tahun baru Masehi itu bukanlah dari syariat Islam. Rasulullah ﷺ tidak pernah mencontohkan kepada kita untuk merayakan tahun baru.
Dalam hal ini, ada yang bertanya kepada Syaikh Muhammad Al-Munajjid Hafidzahullah, “Bolehkah bagi kaum Muslimin saling memberikan ucapan selamat dan mendoakan pada saat momen tahun baru Masehi? Tentunya mereka tidak berniat/ bermaksud untuk merayakannya.”
Beliau menjawab, “Tidak boleh bagi kaum Muslimin saling memberikan ucapan selamat tahun baru Masehi, tidak boleh juga mereka merayakannya. Karena kedua perbuatan tersebut termasuk bentuk tasyabbuh (menyerupai) orang-orang kafir, sedangkan kita dilarang melakukan hal itu.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka,” (HR. Abu Daud no. 4031, dishahihkan oleh Al Albani).
Memberikan ucapan selamat yang terkait dengan suatu hari yang berulang tiap tahunnya termasuk dalam makna merayakannya dan menjadikan hari tersebut sebagai hari raya. Dan ini juga terlarang.
Syaikh Abdul Karim Al-Khudhair Hafizhahullah ditanya mengenai berdoa dan ucapan selamat tahun baru. Beliau menjelaskan bahwa doa itu boleh kapan saja (doa mutlak), tetapi sebaiknya tidak dikaitkan dengan perayaan-perayaan hari raya tertentu seperti tahun baru. Beliau berkata, “Doa untuk saudara muslim bisa dengan doa mutlak, seorang muslim tidak menjadikannya ibadah (khusus) terkait dengan hari raya tertentu.”
Sebagai seorang muslim hendaknya kita tidak ikut-ikutan setelah tahu sejarah dan hakikat perayaan tahun baru. Janganlah kita mengikuti perayaan dan hal-hal yang jelek dari Yahudi dan Nashrani. Karena ini sudah diperingati oleh Nabi ﷺ bahwa akan banyak kaum muslimin yang mengikuti mereka walaupun sampai ke perkara yang buruk dan bisa merusak agama kaum muslimin.
Nabi ﷺ bersabda, “Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta.” Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah ﷺ, “Apakah mereka itu mengikuti seperti Persia dan Romawi?” Beliau menjawab, “Selain mereka, lantas siapa lagi?” (HR. Bukhari).
Rasulullah ﷺ juga bersabda, “Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim). []
Sumber: muslim.or.id