SULIT sekali mengukur kekhusuan seseorag dalam sholatnya. tolak ukurnya pun berbeda-beda. Sejauh mana seseorang bisa khusyu dalam sholatnya? KIsah yang tercantum dalam sunan Abu Dawud berikut ini bisa jadi gambaran jawabannya.
Dikisahkan oleh Jabir bin Abdullah bahwa suatu ketika ia pergi bersama Rasulullah SAW dalam suatu peperangan. Nabi kemudian memerintahkan dua orang sahabat untuk berjaga-jaga. Salah satunya dari kalangan Muhajirin dan yang lainnya dari kalangan Anshar.
Saat keduanya pergi berjaga, sahabat Muhajirin tidur sementara sahabat Anshar shalat. Seorang musyrik kemudian datang dan melesakkan panah ke arah sahabat Anshar yang sedang shalat hingga mengenai tubuhnya. Tapi, sahabat Anshar tersebut mencabut panah itu dan tetap meneruskan shalatnya.
Orang musyrik tadi kembali memanahnya. Tapi, sahabat Anshar itu kembali mencabut panah dan meneruskan shalatnya. hal itu terus berulang hingga 3 kali. Namun, pada kali ketiga, sahabat Anshar sudah tidak kuat lagi. Ia pun rukuk lalu sujud.
Sahabat Muhajirin akhirnya terbangun.
Saat orang musyrik menyadari bahwa keberadaannya diketahui oleh pihak muslim, ia pun melarikan diri.
Sahabat Muhajirin lalu menghampiri sahabat Anshar yang terluka. Darah mengucur dari tubuhnya. Sahabat Muhajirin pun berkata, “Subhanallah! Kenapa kau tidak membangunkanku saat orang musyrik pertama kali memanahmu?
Sahabat Anshar menjawab, “Tadi aku sedang membaca suatu surat. Aku tidak ingin menghentikannya.” []