Oleh: Aqiel Sifa’ Abdallah Putra
Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
DALAM sejarah Al-Mutsanna yang sedang terluka masih belum bisa menerima kekalahan dalam perang. Tetapi, beliau selalu memata-matai dan mengorek-ngorek informasi tentang perkembangan pasukan Persia. Pasukan muslim pun belum pernah untuk menyerah karena terluka. Tiba-tiba mata-mata Al-Mutsana tertuju pada dua panglima besar Persia keluar barisan untuk mengejar pasukan muslim yang kabur melarikan diri. Keduanya dikawal beberapa pasukan penunggang kuda hingga di Ullays, di selatan sungai. Al-Mutsanna dan berhasil menangkap kedua panglima Persia dan keduanya pun dibunuh. Kejadian itu akan menimbulkan ketakutan baru di dada pasukan Persia yang lain.
Khalifah Umar bin Khatab mulai untuk menghimpun kekuatan-kekuatan tambahan untuk menyerang Persia. Jihad pun diwajibkan bagi seluruh muslim supaya bantuan pasukan bisa segera dikirimkan ke Irak. Hal ini diketahui oleh Persia. Mereka semua bertekad untuk menghabisi pasukan al-Mutsana sebelum pasukan bantuan dari Madinnah dating. Untuk itu menunjuk atau memilih panglima baru menggantikan Bahman, yaitu Mahran ibn Badzan. Mahran membawa 100 ribu pasukan berkuda dan 50 ribu pasukan infanteri.
Hingga Peperangan Qadasia pun terus terjadi diantara Khalifah Umar bin Khaatab dengan Kekaisaran Persia, yang merupakan titik balik sejarah dunia. Dimana berakhirnya kekuasaan Persia dengan Islam sendiri, yang mengakibatkan negara tersebut menjadi bagian dari umat islam. Setelah 1400 tahun lamanya dan akhirnya jatuh ke tangan pasukan muslim. Dari Qadasia Sa’ad bin Abi Waqqash bergerak menuju Kota Tua Bibel, yang ternyata memberikan perlawanan lemah terhadap islam, kemudian diikuti oleh Kota-kota Babarsir dan Madayen. Madayen ini merupakan ibu kota dari kekaisaran Persia dan kebanyakan dari pasukan Persia tewas di tempat ini.
Yagzard kemudian memperlambat pergerakan Kemajuan tentara Arab, dengan cara memutus jembatan penghubung antara Sisi barat arab ke Madayen. Namun, hal itu berjalan sia-sia dan ternyata pasukan muslim arab mengendarai kuda dan saat itu juga Kota Madayen jatuh ke tangan umat islam (637). Hingga saat ini harta kekuasaan ibu kota Persia jatuh ke tangan umat muslim yang tak terhitung jumlahnya mulai dari emas, perak, perunggu, dan artefak yang kemudian disalurkan ke kota madinah. Hal ini termasuk juga dengan rampasan perang adalah gajah yang selalu ingin memberi tahu para wanita di Madinah.
Setelah Kota Madayen jatuh ke tangan umat muslim, Yagzard pindah ke Merv, di Timur Laut Persia. Ia menyadari bahwa ketika siapa pun berperang melawan orang-orang muslim itu bukan hanya sekedar invansi, melainkan membutuhkan kekuatan dan skala penuh untuk melawannya. Tidak habis bikir, Yagzard segera meminta sekutu untuk membela dan membantu Persia dengan tentara yang amat besar yakni sekitar 150.000 pasukan yang berada dibawah pimpinan Mardan Syah. Memang sebelumnya Mardan Syah juga pernah mengalami hal tersebut yakmi, saat pertempuran eufrat. Untuk membangun semangat dan menginspirasi Persia, Mardan Syah menyematkan atau menambahkan sebuah lambang yakni durafash (Lambang nasionalis Persia).
Informasi tersebut diberitahukan oleh Gubernur Kufah, Amar bin Yassir untuk meminta pasukan tambahan kepada Khalifah. Kemudian Umar bin Khaatab r.a. mengirim kurang lebih 30.000 korps di bawah seorang panglima Nuqman bin Muqoman. Ternyata pertemuan antara dua belah pihak tersebut sangat sia-sia, hingga akhirnya tiba kepada Pertempuran Nahawand. Awal-awal pada pertempuran ini Nuqman bin Muqoman terluka parah, tetapi ia merahasiakan ini dari kawan maupun lawan. Menjelang akhir hari pertama pertempuran, umat muslim berhasil mematahkannya dan kemudian memenangkannya. Namun, atas luka parah yang diderita Nuqman tidak membuatnya bertahan lama dan akhirnya meninggal pada malam itu juga.
Belum berakhir sampai di situ, perlawanan Persia berlanjut dari provinsi-provinsi yang ada di timur. Pada waktu itu, Yagzard mengambil alih Kota Merv dan mengomandani sendiri pasukannya, dia menyadari bahwa musuh yang paling berbahaya adalah musuh yang terluka. Hingga sampai-sampai sang Khalifah Umar bin Khaatab r.a. menghentikan pertempuran ini, dari Nahawand kemudian tentara arab berpencar dan menyerang dari berbagai arah untuk menyerang banyak kubu pertahanan Persia. Beberapa pasukan muslim yang berhasil mengambil alih kota-kota di Persia, yakni Abi al As memenagkan Parsepolis, disusul Aasim ibn Amar mendapatkan Sistan. Hakam bin Numair berhasil menaklukan Makran dan Baluchistan, Azerbaijan jatuh ke tangan Uthba bin Farqad, dan Abdullah bin Buqair dapat mendapatkan dan memenangkan Kota
Armenia. Sampai-sampai sebuah kontingan Ahnaf bin Qois menuju Khurasan dan seketika itu juga Pada Tahun 650 Kekaisaran Persia murni menjadi kekuasaan umat Islam atas berkat Khalifah Umar bin Khaatab r.a.
Hingga akhirnya masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khaatab membuahkan hasil dengan adanya Peta Asia Barat dan Afrika Utara berubah setelah dikuasai umat muslim. Madinah juga pada waktu dan sekarang itu merupakan ibu kota kekaisaran terbesar di dunia, yang membentangkan sayapnya dari Tripoli Afrika Utara sampai ke Samarkand Asia Tengah. Kekuasan atau kerajaan ini di jalankan bukan karena perintah raja atau kaisar melainkan sebuah aqidah revolusioner, Dimana khalifah itu bukan lebih dari seorang hamba melainkan penjaga hukum Illahi juga. Saat kabar kemenagan datang kepada Umar bin Khaatab r.a. beliau langsung mengabarkannya dan berpidato kepada rakyat madinah.
Dari artikel ini dapat diambil sebuah makna yang berharga bahwa, dimana jihad dalam kehidupan sekarang ialah jihad dalam bentuk menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh dengan tujuan untuk menegakkan agama Allah, begitupun juga dengan juga dengan jihad fisik yakni dengan perjuangan peperangan untuk menegakkan kebenaran dan islam yang di contohkan khalifah Umar bin Khatab dalam menyusun kekuatan militernya (ex: Perjuangan peperangan konflik timur tengah antar Palestina dan Israel).
Selain itu ada refleksi lagi dari artikel diatas yakni Bersikap pantang menyerah dan sistem pergantian kepemimpinan. Apakah di era ini ada orang yang bersikap pantang menyerah dan melakukan pergantian panglima (pemimpin) suatu komunitas? Pasti tentu ada bahkan banyak, dimana kita ketika memiliki sikap pantang menyerah pasti akan membuahkan hasil yang baik dan pergantian panglima (pemimpin) dilakukan sebagai regernerasi dengan tujuan untuk memimpin yang dipimpin agar jauh lebih baik dari panglima atau pemimpin sebelum-sebelumnya serta mewujudkan pemikiran dan strategi dalam suatu komunitas atau yg lainnya. []
Sumber Referansi
Qasim A. Ibrahim dan Muhammad A.Saleh. 2014. Buku Pintar Sejarah Islam. Penerbit ZAMAN: Jakarta.
Sugiyono, Moh. Sulaiman. 2014. Perjalanan Sejarah Kebudayaan Islam. Surakarta: AQILA (PT. Tiga Serangkai)
Al-Usairy, Ahmad. 2013. Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX. Jakarta Timur : AKBAR MEDIA