Oleh: Maesaroh
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, maysarohmei3004@gmail.com
SEBUAH berita memilukan ketika saudara kita di Palestina terus menerus di perangi oleh tentara Israel, apalagi mendengar topik dunia yang menghebohkan ketika Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengklaim tentang Yarusallem, Kota suci Umat Islam setelah Madinah dan Mekkah telah diputuskan bahwa Yarusallem menjadi Ibu Kota Israel, hal ini tentu membuat umat Islam di seluruh Dunia meluapkankan amarahnya tentang perkara tersebut. Umat Islam bersatu menyeru pembebasan di Palestina dan keputusan tentang Ibu Kota Palestina yaitu Yarusallem.
Tidak terlepas dari Sejarah bahwa Yarusallem dahulu pernah di taklukkan oleh Jendral terhebat yaitu Shalahuddin Al-Ayyubi, Pendapat Abul Hasan An-Nadawi tentang rahasia kemenangan Shalahuddin, Syaikh An-Nadawi rahimahullah menyampaikan sebuah ceramah pada organisasi konferensi Islam (OKI) mengatakan, “Solusi satu-satunya untuk permasalahan Palestina, ialah memunculkan Shalahuddin di atas panggung permasalahan Palestina, yaitu panggung Jihad Islam untuk kedua kalinya”. Zarkali berkata:”Datangkanlah Shalahuddin untuk yang kedua kalinya dihadapan kita. Kobarkan kembali Hitthin atau seumpama Hitthin”.
Apakah rahasia kemenangan Shalahuddin Al-Ayyubi, kemenangan yang cemerlang, sehingga mengguncang dunia dan mengubah perjalanan sejarah? Mari kita telusuri sejarah kehidupan jendral sang penakluk muslim yang tak terlupakan yaitu Shalahuddin Al Ayyubi.
Lahirnya Sang Penakluk
Yusuf bin ayyub bin syahdzi bin Marwan, mendapatkan julukan Sultan An-Nashir, Shalahuddin Al Ayyubi, lahir 532 H (1137 M) di Benteng Tikrit Irak, sebuah kota tua yang jaraknya lebih dekat ke Baghdad daripada ke Mosul.
Keajaiban takdir bahwa kelahiran Shalahuddin Al Ayyubi bertepatan dengan keluarnya perintah dari Mujahiddun Bahruz dengan dipaksanya sang ayah keluar dari Tikrit. Sehingga ayahnya sangat pesimis akan kelahiran Shalahuddin Al Ayyubi, salah seorang penasehat mengatakan kepada Najmuddin Ayyub bin Syadzi, “Anda tidak akan tahu bahwa anak ini akan menjadi penguasa besar yang popular!”
Tersebutlah Salahudin Al-Ayubi, pemuda yang tampan, cerdas dan mempunyai semangat tinggi. Ketangkasan beliau tidak terlepas dari kekaguman beliau kepada seorang panglima besar, yaitu Nuruddin Zanki. Shalahuddin meneruskan perjuangannya dalam membebaskan Al Quds pada saat perang salib.
Ciri-ciri Penakluk
Diantara ciri penakluk dari masa ke masa bisa dilihat dari cara berpikirnya. Pertama mengilhami hadits Rasulullah, ahli ibadah, memiliki keturunan atau nasabnya baik, bahkan
Tersambung dengan Rasulullah Saw. Shalahuddin Al Ayyubi tumbuh besar dengan penuh keberkahan, mendapatkan kemuliaan belajar menunggang kuda dan berlatih menggunakan senjata. Shalahuddin Al ayyubi tumbuh menjadi pemuda yang mencintai jihad, beliau sangat gemar menghafalkan Al quran, hadits-hadits Nabi dan belajar bahasa Arab.
Mesir sebelum kedatangan Shalahuddin Al Ayyubi menjadi markas pemerintahan Fathimiyah. Negeri ini pada masa itu diusik dengan banyak revolusi dalam negeri antara berbagai kelompok yang berbeda-beda. Di antaranya adalah orang-orang Mamalik Turki, orang-orang Sudan, dan orang-orang Maroko. Kondisi negeri ini tidak stabil karena sering bergantinya banyak khalifah Fathimiyah dalam kurun waktu yang pendek. Sehingga orang-orang Salibis berambisi untuk dapat menguasai Mesir. Ketika panglima Nuruudin mahmud melihat banyak pertentangan ini, dan ambisi penguasa Baitul Maqdis yang merupakan orang salibis untuk dapat menguasai mesir, maka dari Damaskus dia mengirim tantara ke Mesir dipimpin oleh panglima Asaduddun Syirkuh yang dibantu oleh keponakannya Shalahuddin. Ketika orang-orangsalibis mengetahuikedatangan Asaduddin dapat masuk dan menguasai Mesir, setelah itu kemudian Shalahuddin menggantikannya sebagai Menteri di Mesir.
Terjadi banyak konflik dan konspirasi dari orang-orang yang punya kepentingan dan ambisi. Namun shalahuddin dapat menguasainya sebagaimana beliau mampu meredam fitnah-fitnah dari luar. Shalahuddin melihat munculnya aliran kebatinan di Mesir, oleh karena itu dia mendirikan dua sekolah besar, yaitu Sekolah Nashiriyah dan Sekolah Kamiliyah. Ini bertujuan agar orang-orang berpindah kealiran atau madzhab Ahlu Sunnah, sebagai awal dari perubahan yang diinginkan sampai dia membuat kondidi di Mesir benar-benar stabil. Setelah kematian khalifah Fathimiyah yang menentangnya pada tahun 566 H/1171 m dia mendorong para ulama untuk memanggil Al-Mutadhi’ Al-Abbasi sebagai khalifah, mendoakannya dalam setiap khutbah namanya dari atas mimbar. Dengan cara ini berakhirlah pemerintahan Fathimiyah di Mesir. Shalahuddin memerintah Mesir sebagai wakil Nurudin, yang pada akhirnya mengakui khilafah Abbasiyah. Akhirnya mesir kembali lagi ke pengakuan khilafah Islamiyah. Dan Shalahuddin menjadi tuannya.
Shalahuddin menuju ke negeri Syam setelah Nuruudin Mahmud meninggal. Lalu ke kota Damaskus. Dia mampu memadamkan berbagai pemberontakan yang terjadi di Syam, setelah mengembalikan stabilitas pemerintahanya kemudian dia menggabungkan kota Damaskus, menguasai Homs dan Halb. Sahalahuddin berkuasa dari negeri Nobi Selatan dan Burqah Barat sampai negeri Armenia utara dan negeri Jazirah hingga Mosul Timur.
Menaklukan Al Quds
Pada tahun 583 H/1187 M sebagian besar kota dan benteng kerajaan Baitul Maqdis jatuh di tangan Shalahuddi Al Ayyubi. Setelah itu tantara Shalahuddin mengalahkan kekuatan Salib dalam perang Hittin pada 24 Rabi’ul Akhir tahun 583 H atau bertepatan dengan 4 Juli 1187 M. setelah
peperangan dengan cepat pasukan Shalahuddin dan saudaranya Malik Adil menguasai kota-kota pesisir yang terletak di sebelah selatan Tharablus (Tripoli), Aka, Beirut, Shida, Yafa, Qaisariyah, Asqalan (Askelon). Shalahuddin memutuskan komunikasi kerajaan Quds dengan Eropa. Dan pada paruh kedua bulan September 1187 M pasukan Shalahuddin mengepung Al Quds. Kemampuan penjaganya yang sedikit tidak mampu melawan desakan enam puluh ribu orang. Setelah enam hari pengepungan akhirnya mereka menyerah. Pada tanggal 27 Rajab tahun 583 atau bertepatan dengan tanggal 12 Oktober 1187 M pintu-pintu Al Quds di buka dan bendera Sultan Shalahuddin yang berwarna kuning dikibarkan di atas Al Quds.
Sahlahuddin Al Ayyubi memperlakukan Al Quds dan penduduknya dengan baik dan ramah dari pada perlakuan tantara salib terhadap penduduknya ketika mereka merampas kota itu dari pemerintahan Mesir kurang lebih serratus tahun yang lalu. Disana terjadi peristiwa pembunuhan, perampasan, perusakan, dan penghancuran gereja-gereja. Jatuhnya kerajaan Al Quds membuat Roma mempersiapkan pasukan Salib yang ketiga untuk mengembalikan Al Quds. Namun mereka gagal.
Sebab-sebab Kemenangan Pasukan Shalahuddin dalam Perang Hittin
1. Persiapan Matang dan mengambil hikmah kausalitas
Shalahuddin mempersiapkan para pemanah pilihan, mereka di bekali panah cukup banyak, 70 ekor unta disediakan untuk membawa anak panah di tengah pertempuran dan medan peperangan, 400 ekor unta untuk membawa anak panah dan sisanya yang belum dipergunakan. Unta-unta pembawa panah ini dipersiapkan agar pemanahan terus melancarkan serangan hingga datang kemenangan dengan izin Allah. Shalahuddin memilih tempat peperangan dan waktu pertempuran, dia menempatkan pasukan di Thabaria untuk membatasi antara musuh dan sumber air. Begitu juga pengumuman Jihad pada bulan Juli yang merupakan bulan terpanas, air menjadi sedikit dalam sumur dan kolam, sehingga haus merupakan senjata yang sangat “Mematikan”.
2. Proses Bertahap dan Kesatuan Umat.
Kemenangan Islam terwujud atas karunia Allah dan kerja keras penyatuan umat di atas akidah yang benar, seruan kesatuan Islam, dengan tidak membedakan ras, warna kulit, dan madzhab. Tidak membedakan orang Turki, orang Kurdi, orang Arab, orang Persia, orang Afrika Utara, dan bangsa lain. Semua bersatu di bawah Panji Islam. Upaya konfrontasi dengan kekuatan salibis sudah dimulai sejak era Sultan-sultan Saljuk. Lalu Imaduddin Zanki, di gelari Al-Wahdi At-Tahriri, meletakkan prinsip kesatuan Islam dalam rangka melawan kufar salibis. Proyeknya diteruskan dengan sangat baik oleh Nuruddin Mahmud, lalu di sempurnakan oleh Shalahuddin Al-Ayyubi rahimahumullah jami’an. Prinsip yang berlaku, bahwa orang-orang Mukmin itu bersaudara, penuh cinta, kasih sayang di antara mereka, seperti tubuh yang satu. Apabila satu anggota tubuh merasa sakit, maka seluruh badan merasa terbangun dan demam. Terkait kemenangan di Hittin, andaikan Nuruddin Mahmud tidak berjuang menyatukan Mesir dan Syam, tentu kemenangan itu tak akan pernah terwujud.
3. Pertimbangan Matang dan Kebijaksanaan Politik Cerdas
Strategi Shalahuddin dalam kebijaksanaan politiknya adalah ketika menyepakati perjanjian damai dengan Izzuddin Mas’ud (penguasa Mosul) tahun 582 H (1186 M), dan kesepakatan genjatan senjata dengan Raymond III (penguasa Tripoli), selama 4 tahun, pada tahun 581 H (1185 M). semua kesepakatan ini membuatnya bisa konsentrasi menghadapi musuh utama.
Shalahuddin menjauhi pertempuran sengit melawan kaum salib sepanjang tahun, tidak terburu-buru, bahkan membiarkan faktor-faktor perpecahan internal di tubuh salibis semakin matang dan membuahkan kerusakan dahsyat. Terkadang menyepakati perjanjian damai sementara dengan salibis. Jika perjanjian itu dilanggar oleh musuh, akan memberi legalitas kepadanya untuk mengobarkan perang menyeluruh. Seperti perang Hittin, yang pada awalnya merupakan percikan api konflik antara Shalahuddin Al Ayyubi dengan Renault de Chatillon, dia adalah pemimpin salibis yang gemar melanggar janji.
4. “Jangan Berperang untuk Melindungiku, tapi Berperanglah di Jalan Allah”.
Perjuangan Shalahuddin dalam peperangannya melawan kaum salib berangkat dari prinsip berperang di jalan Allah. Shalahuddin selalu ingin berperang di jalan Allah mengangkat panji Islam, dan mematahkan bendera syirik dan orang-orang musyrik kaum salib yang menyembah salib dan menyucikannya. Dia pernah berkata kepada seorang tentaranya:”jangan berperang karena melindungiku, tapi berperanglah di jalan Allah”.
Shalahuddin selalu mengingatkan panglima-panglimanya, amir-amirnya, tentang perlunya keikhlasan karena Allah dan mencari ridha-Nya, kepada mereka. Shalahuddin apabila menaklukkan suatu negeri, tidak pernah menyandarkan kemenangan itu kepada dirinya, tetapi kepada Allah Azza wa Jalla. Allah pemberi kemenangan, penolong kaum Mulminin yang memenangkan pertempuran di bawah kepemimpinanya, dia bersujud syukur kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala.
5. Hikmah Penerapan Syariat Islam dan Keberkahan Negara
Selama Hidupnya, Shalahuddin berkomitmen dengan Syariat Allah, sibuk dengan ketaatan dan memperbanyak ibadah, mengajari tentaranya dan rakyat untuk berhubungan baik dengan Allah Tabaraka wa Ta’ala. Berhenti pada batas yang telah dia tentukan, menghindari perbuatan maksiat, menerima perintah-Nya. Dia memandang agung Syariat dan para ulamanya. Dia menerapkan hukum-hukum Syariat atas rakyatnya, dan memimpin mereka atas keadilan dan persamaan. Dia membungkamorang-orang sesat dan rusak, menyuruh berbuat kebaikan dan melarang kemunkaran, berendah hati kepada sesame manusia, tidak mengabulkan karena suka dan tidak menganiaya karena benci, dia menyampingkan ornag batil apabila memusuhinya karena kebodohan. Dia selalu menyuruh keluarga dan panglima-panglimanya untuk berhubungan baik dengan Allah dan Kitab-Nya, melalui membaca, menghafal, merenungkan, dan beramal.
Dia mewasiatkan kepada anak-anaknya agar bertakwa kepada Allah dan taat kepada-Nya, mengingatkan mereka dengan kematian dan apa yang terjadi sesudahnya.
Dampak penerapan hukum Allah mempunyai pengaruh besar di dunia dan di akhirat, adapun pengaruh dunia seperti yang dijumpai dalam kehidupan di Negara Shalahuddin yaitu mendapatkan kekuasaan dan kekokohan, Keamanan dan Stabilitas, Kemuliaan dan Kehormatan, Kemenangan dan Penaklukan.
6. Kesuksesan Operasi Intelijen Shalahuddin
Shalahuddin mampu menembus informasi Salibis. Beberapa waktu sebelum peperangan Hitthin, Shalahuddin mengadakan kontak rahasia dengan istri penguasa Anthokhia (Bohemood III) yang bernama Madam Siebel. Dia memberikan informasi akurat tentang langkah-langkah militer kaum salib dan agenda-agenda perangnya. Itu dilakukan saat waktu fajar sebelum Perang Hitthin. Ibnul Atsir mengatakan:”Ratu Antokhia berkirim surat kepada Shalahuddin, memberinya petunjuk dan memberitahu informasi-informasi yang susah ditembus oleh Shalahuddin”. Sedangkan Abu Syamah mengatakan:”Istri pangera Antokhia, yang di kenal sebagai Madam Siebel adalah loyalis Sultan. Ia menjadi mata sultan untuk melihat musuh,menunjuki Sultan, menasehatinya, dan membongkar rahasia salibis. Sultan menghormatinya untuk itu dan memberikan kepadanya hadiah-hadiah paling berharga.
Sun Tzu, filosof perang asal China, menuliskan betapa pentingnya mengenal musuh:”Jika kamu mengenal musuh dan mengenal dirimu, disana tidak ada lagi yang kamu takutkan, meskipun untuk 100 peperangan. Tetapi jika kamu mengenal dirimu dan tidak mengenal musuh, kamu bisa mendapatkam kekalahan dalam setiap peperangan”. Kejeniusan Shalahuddin tercermin dengan adanya jaringan komunikasi dan informasi, yang terhubung dengan sumber-sumber data akurat dari lingkaran kaum salibis, lalu data-data itu sampai kepada Shalahuddin dengan cepat dan berkelanjutan.
7. Kesalahan Musuh
Kaum salibis terbelah dua sebelum perang Hittin, sebagian ikut pendapat Raymond III (penguasa Tripoli) dan sebagian ikut pendapat Renault (penguasa Kurk). Renault menuduh Raymond sebagai pengecut, berkolusi dengan Muslimin, mengagung-agungkan kekuatan Muslimin, berlemah lembut dengan Muslimin, karena istrinya dikepung oleh Shalahuddin di Benteng Thabaria. Untuk itu, dia akan lari jika ada kesempatan untuk lari bersama orang-orangnya, seperti ia meninggalkan istrinya di tempat yang sulit. Analisa Raymond benar, tapi justru pendapat dia tak diikuti mayoritas salibis.
Spirit dan moralitas kaum salibis sudah runtuh akibat perang habis-habisan, mereka mendapati kaum muslimin sangat kuat bak besi, sehingga mereka tak kuasa menahan kekalahan dan kehancuran. Di sisi lain,kefasikan salibis, kedurhakaan mereka, dan tersebarnya pelacuran. Sebagian mereka pergi berperang untuk menjarah, merampas dan menumpahkan darah dengan
Sewenang-wenang, mereka tidak punya budi pekerti.kemenangan mereka atas orang-orang bertauhid sangatlah jauh. []
Referensi:
Prof. DR. Ali Muhammad Ash-Shalabi, Shalahuddin Al-Ayyubi; Pahlawan Islam Pembebas Baitul Maqdis, , Penerbit Pustaka Al-Kautsar – Jakarta
Tamir Badar, Para Penakluk Muslim Yng Tak Terlupakan, Penerbit Pustaka Al-Kautsar-Jakarta, Maret 2013