ALLAH SWT tidak menyukai orang-orang yang berbuat riya. Di mana seolah-olah dirinya merasa memiliki hal yang tidak bisa orang lain miliki. Ia merasa dirinya lebih menonjol dan baik daripada yang lain. Inilah yang membuat orang-orang berbuat riya itu sama halnya berbuat sombong, karena ia hanya ingin mendapat pujian dan menjadi kepuasan tersendiri baginya. Lalu, apa sih riya itu sebenarnya? Apa bahayanya bagi masyarakat?
Riya adalah perbuatan berpura-pura. Orang yang melakukan riya tidak bertujuan mendapatkan ganjaran dari Allah. Ia berbuat sekedar untuk mendapat pujian dari orang lain. Apa yang didapat dari perbuatannya itu lebih rendah dari yang semestinya dia dapatkan dari Allah. Dia hanya dapat pujian saja dari orang atau masyarakat. Pujian terbatas sifatnya, hanya sementara saja dia terima.
Riya timbul karena kurangnya kesadaran akan ganjaran dan pahala besar yang dijanjikan Allah. Ia lalu berusaha menutupi keburukan atau kesalahan yang dilakukannya, seperti:
1. Untuk menghilangkan dirinya dari tuduhan tidak beragama atau tidak beribadah.
2. Untuk menarik perhatian, penghormatan dan pujian masyarakat.
Semua kebohongan yang ia lakukan imbalannya kecil sekali dibanding balasan besar dan abadi ketika hamba-Nya yang mukhlisin. Oleh sebab itu, hanya orang-orang yang tidak memiliki akal pikiran yang jernih saja yang mau melakukan itu.
Agama memandang para pelaku riya tetap dinilai sebagai muslim, hanya apa yang dilakukan olehnya tidak diridhai Allah.
Allah SWT berfirman, “Mereka brmaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali,” (QS. An-Nisa: 142).
Maksudnya adalah mereka shalat hanya sekali-kali saja, yaitu bila mereka berada di hadapan orang. []
Sumber: Anda Bertanya Islam Menjawab/Karya: Prof. Dr. M. Mutawalli asy-Sya’rawi/Penerbit: Gema Insani