KEMATIAN memang misteri. Konon, seseorang menjelang ajal umumnya akan menyebut-nyebut atau mengingat apa yang dia cinta dan takut ia tinggalkan di dunia. Banyak yang mengkhawatirkan harta, keluarga, dan lainnya. Rasulullah SAW sendiri ketika menjelang ajal menyebut-nyebut ‘ummati, ummati, ummati.’
Demikian juga keadaan seseorang saat mati. Ada yang dalam kondisi baik, seperti meninggal dalam sholat atau bersujud, dalam jihad, dalam keadaan khusnul khotimah. Namun ada juga yang mati dalam kondisi memprihatinkan, dalam perbuatan maksiat dan lainnya, su’ul khitimah. Naudzubillah.
Mengenai saat-saat menjelang kematian ini, ada sebuah kisah sahabat yang bisa jadi cermin atau renungan bagi kita semua. Kisah ini dikutip dari “Himpunan Fadhilah Amal” karya Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi Rah.a.
Dikisahkan setelah syahidnya Abdullah bin Thariq ra, Zaid bin Datsnah dan Khubaib ra dibawa ke Makkah dan dijual sebagai budak.
Zaid bin Datsnah ra dibeli oleh Shafwan bin Umayah seharga lima puluh ekor unta sebagai balas dendam atas kematian ayahnya. Sedangkan Khubaib ra dibeli oleh Hujair bin Abu Ihab seharga seratus ekor unta sebagai balas dendam atas kematian ayahnya. Khubaib ra lalu ditawan oleh Hujair selama beberapa hari.
Seorang budak perempuan Hujair yang di kemudian hari memeluk Islam, menceritakan tentang Khubaib.
“Ketika Khubaib kami tahan, pernah kami melihatnya memegang setangkai anggur sebesar kepala manusia yang sedang ia makan. Padahal, ketika itu di Makkah tidak ada anggur sama sekali.”
Budak tersebut menceritakan bahwa di hari kematiannya, Khubaib meminta pisau cukur untuk membersihkan bulu-bulunya. Permintaannya itu dipenuhi.
Kebetulan ada seorang anak kecil yang bermain-main di dekatnya. Semua penghuni rumah merasa ketakutan karena di tangan Khubaib ada sebuah pisau cukur sedangkan anak itu ada di dekatnya.
Khubaib berkata, “Kalian tidak paham, apakah kalian pikir aku sanggup membunuh anak kecil yang tidak berdosa ini? Aku tidak mungkin melakukannya.”
Lalu ia dibawa keluar tanah Haram. Sebelum dilaksanakan hukuman mati terhadap dirinya, ia ditanya, “Jika kamu menginginkan sesuatu, katakanlah.”
“Izinkan aku mengerjakan shalat dua rakaat karena tidak lama lagi akan kutinggalkan dunia fana ini untuk menemui Allah,” jawabnya.
Permintaanya pun dikabulkan. Kemudian ia melaksanakan shalat dua rakaat dengan tenang. Setelah selesai shalat ia berkata, “Seandainya aku tidak khawatir kalian menyangka aku takut mati sehingga aku memperpanjang shalatku, niscaya aku akan menambah shalatku dua rakaat.”
Ia pun diikat lalu berdoa, “Ya Allah, adakah seseorang yang akan menyampaikan salamku yang terakhir kepada Rasulullah SAW?”
Ternyata salamnya itu sampai kepada Nabi SAW, melalui wahyu Allah.
Rasulullah SAW menjawab, “Wa’alaikum salam, ya Khubaib.” Lalu Rasulullah SAW bersabda kepada para sahabatnya, “Khubaib telah syahid di tangan kaum Quraisy.” []