Oleh : Khusni Tamrin, Mahasiswa Jurusan Ahwal Al-Syakhsiyyah IAIN Raden Intan Lampung
INILAH permintaan ibu kepada anaknya, anak yang dibesarkan dengan penuh perjuangan, pengorbanan, serta dengan penuh kasih sayang yang tak kan ternilai dengan harta. Tanpa ibu kita takkan melihat indahnya dunia ini, tanpa ibu pula kita tak akan pernah menggenggam dunia.
Ibu tak pernah mengeluh kepada anaknya, tak pernah mengadu ataupun menceritakan susahnya membesarkan anak-anaknya. Meskipun ibu hanya lulusan Sekolah Dasar saja, yang tak mengetahui banyak ilmu pengetahuan seperti anak-anaknya yang disekolahkan sampai perguruan tinggi, namun harus diingat bahwa ibu itu adalah kunci dunia-akhirat bagi seorang anak.
Sejarah telah membuktikan bahwa anak yang mau mendengarkan, patuh serta ta’at kepada ibunya dia pasti akan sukses dan sebaliknya sejarah pula yang telah membuktikan anak durhaka, angkuh serta melawan ibu pasti dia akan celaka dan mendapatkan kesengsaraan dalam hidupnya. Kita ambil contoh seorang anak yang sukses karena patuh terhadap ibu dan seorang anak yang tidak sukses karena durhaka kepada ibunya.
Uwais Al-Qorni pemuda dari Yaman yang terkenal namanya di langit namun tak dikenal di dunia karena keta’atannya kepada ibu hingga d cari-cari oleh sahabat agar mau mendo’akannya. Dan Malin Kundang pemuda yang kaya raya kemudian jatuh miskin menjadi hina-dina karena durhaka terhadap ibunya. Meskipun Malin Kundang hanyalah cerita yang beredar di masyarakat namun kita harus mengambil pelajarannya.
Ada sebuah cerita seorang ibu dan anaknya yang bisa diambil hikmahnya untuk kita semua;
Nak, ibu pernah mendengar hadis ketika ibu sedang mengikuti pengajian rutin di masjid. Tutur ibu kepada anaknya, kemudian si anak bertanya kepada ibunya “wahai ibu, hadis tentang apakah yang ibu dengar”. Hadis tentang amalan yang tidak terputus meskipun seseorang telah meninggal dunia, kemudian ibu bertutur; “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh.”
Kemudian ibu menjelaskan satu persatu hadis tersebut. Sedekah jariyah, “Ibu tak memiliki harta banyak untuk bisa besedekah jariyah seperti membangun masjid atau TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an), yang bisa ibu harapkan pahalanya terus mengalir ketika ibu meninggal nanti.”
Ibu melanjutkan penjelasannya mengenai ilmu yang dimanmanfaatkan “Ibu itu hanya lulusan SD, sekarang ibu sudah tua dan ibu tak pernah mengajar di sekolah atau di TPA jadi ibu tak memiliki ilmu yang bisa diteruskan oleh anak didik ibu.”
Sambil berharap kepada anaknya, ibu melanjutkan penjelasannya kepada anaknya mengenai do’a anak yang sholeh, “Hanya do’a anak sholehlah yang bisa ibu harapkan dari anak-anak ibu karena jika ibu meninggal nanti pasti semua amalan ibu akan terputus, agar tidak terputus hanya do’a anak sholehlah yang bisa melanjutkan serta meneruskannya. Nak, jangan berdo’a ketika ibu sudah meninggal saja, do’akanlah ibumu ketika masih hidup juga”. Kemudian anak tersebut mencium tangan ibunya dan berkata; “Terima kasih ibu, aku pasti akan selalu mendo’akanmu.”
Tak ada yang meragukan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya serta ketulusannya. Ingatlah bahwa surga itu berada di telapak kaki jadi tak sepatutnya jika kita menginginkan dunia-akhirat justru kita melupakan ibu, karena kunci duani-akhirat ada di ibu kita. []