Oleh: Fitri Amalia
MENTARI pagi hangat menyinari kota Jakarta, sementara Salehudin yang berpakaian seragam putih abu-abu rapih melamun di kursi belakang mobilnya.
Sudah dua bulan aku mendoktin diri ini. Membiarkan suara rekan kerja ayah yang masuk ke telinga siang itu tetap berada dalam ingatanku, biar berputar-putar di sana hingga terekam erat dalam memori. Lalu setengah jam lagi jari telunjuk ini siap mencolok amandelku hingga mual dan Wuaaaks biar termuntah semua. Biar lapar, demi tetap bersihnya lambungku sayang dari sarapan haram pagi ini. Uang rakyat? Aku tak sudi membiarkannya masuk mengalir dalam aliran darah.
Memandang jalan yang ramai lewat kaca riben ini, duduk di mobil mewah dengan supir super sopan. Dahulu ini adalah impian. Tapi kini melihat anak-anak berlarian mengejar layangan di jalan tanpa alas kaki. Huuh …, saat-saat di panti adalah satu kerinduan besar, duduk bersila bersama teman-teman mendengarkan umi pengasuh bercerita.
“Ingat ya anak-anaku sayaang. Satu suap saja makanan haram masuk dalam perutmu, maka neraka lebih berhak atas dirimu.”
Heizzz … lamborgini. I hate this car !!!
Andai saat itu aku tak mendengar percakapan Papa, beserta rekan kerjanya.
“Tapi ini kan uang rakyat Pak,” suara teman ayah terdengar samar.
“Sudahlah, kamu menurut saja,” jawab ayahku agak keras.
Inilah balasan setimpal atas rasa kurang bersyukur yang kumiliki.
Kenapa dulu aku mesti iri, memandang teman-teman yang diantar orang tua mereka dengan mobilnya?
Kenapa tak kunikmati saja kebersamaan dengan teman–teman dan Umi Panti.
Dan sekarang? Kini aku membenci semua, dari sepatu baju jam tangan, bahkan makanan yang pagi ini masuk ke lambungku. Sungguh aku tak ingin makan uang haram, aku ingin badan ini bersih sehingga kelak aku tak mengikuti jejak Ayah angkatku ini.
Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman:
“… Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertawakalah kamu kepada Allah , sesungguhnya Allah amat berat siksanya.” (Al Maidah: 2)
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” (Al Baqarah: 188)
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah” (Al Baqarah: 172)
“Hai sekalian manusia makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kanu mengikuti langkah-langkah syetan; karena sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu ” (Al Baqarah: 168)
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (At Tahrim: 6)
Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya, dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan. Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (Al Anfaal: 24-25). []
#IndonesiaBebasKorupsi
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word.