ANDA pasti tahu mi instan kan? Mi instan seringkali menjadi makanan favorit anak-anak kost. Sudah bukan rahasia lagi dampak dari makanan instan ini. Sekarang sudah bermunculan bumbu-bumbu instan, bubur instan dan sebagainya. Di satu sisi sangat menguntungkan bagi mereka yang tidak memiliki waktu banyak. Akan tetapi bayangkan dampaknya di masa depan.
Berbicara soal instan, ternyata pendidikan kita pun sudah mulai menganut cara “instan”. Sama seperti halnya makanan instan dimana waktu penyajiannya tidak lama. Maka pendidikan instan pun demikian.
Pendidikan instan memaksa peserta didik untuk bisa menguasai berbagai kemampuan dengan cara penyampaian yang tidak sesuai usia nya. Sebagai contoh sekolah yang mengajarkan membaca dan menulis pada sekolah usia dini. Saat ini banyak sekolah usia dini yang mengajarkan membaca dan menulis dengan cara yang tidak disesuaikan dengan perkembangan usianya.
Anak usia 4 tahun sudah bisa membaca buku bacaan yang biasa diajarkan sekolah-sekolah, biasanya saat ia menginjak SD, ia sulit memahami isi bacaan bahkan malas membaca. Guru tidak menjelaskan manfaatnya kenapa harus membaca, kenapa harus menulis. Sebetulnya kita sebagai orang tua atau guru hanya bertugas memberi pijakan kepada mereka.
Mereka sebetulnya akan bisa dengan sendirinya. Hasilnya jika pendidikan instan diterapkan, maka saat usia dewasa ia akan merasa jenuh.
Masa depan bangsa tergantung pada tingkat pendidikan SDM-nya. Jika sistem terus berjalan instan, maka output dari pendidikan itu sendiri biasa saja. []