Oleh: Ns Risno
KALAU kita tidak marah karena tidak ada sesuatu yang menyebabkan kita marah, itu sudah biasa. Kalau kita menundukan pandangan tidak melihat wanita yang tidak halal untuk dilihat oleh karena wanita yang lewat di depan kita sama sekali tidak menarik hati untuk dilihat, itu bukanlah sesuatu yang istimewa.
Kalau kita tidak melakukan korupsi oleh karena tidak ada kesempatan atau tidak ada sesuatu yang bisa dikorupsi, itu hal yang lumrah.
Namun bagaimana jika keadaan atau suasana memicu kita untuk marah, apakah kita tetap mampu menahan diri untuk tidak meluapkan bara yang menyala di dada?
Bagaimana jika yang lewat di depan kita adalah wanita jelita yang sangat menarik hati, apakah mata tetap menunduk walaupun hasrat memuncak untuk sekedar meliriknya?
Bagaimana jika pintu pintu untuk korupsi terbuka lebar, apakah kita tetap mampu menahan diri untuk tidak menyikat uang haram tersebut?
Kalau kita mengerjakan sesuatu oleh karena kita sangat mencintai atau menyukai sesuatu itu, hal itu tidaklah berat. Kalau kita meninggalkan sesuatu oleh sebab kita sangat membenci atau tidak menyukai terhadap sesuatu itu, itu juga sangatlah ringan.
Yang berat itu adalah mengerjakan sesuatu meskipun kita tidak menyukai terhadap sesuatu itu. Meninggalkan suatu perkara walaupun kita sangat menyukai terhadap perkara tersebut.
Ketika Allah dan Rasul-Nya sudah memerintahkan untuk mengerjakan sesuatu, maka dikerjakanlah sesuatu itu meskipun sesuatu itu tidak disukainya. Ketika Allah dan Rasul-Nya sudah memerintahkan untuk meninggalkan suatu perkara, maka ditinggalkanlah perkara itu walaupun perkara itu sangat disuka dan cintainya. Dan itu memang berat, tidak ringan tapi itulah perjuangan.
Perjuangan melawan dirinya, perjuangan melawan keinginan keinginan dan hawa nafsunya. Walaupun berat dilawan keinginanya, tidak diikuti ambisi nafsunya dan lebih memilih untuk mengikuti dan mentaati Allah dan Rasul-Nya.
Kita ini bukan Malaikat yang tidak perlu perjuangan batin ketika melaksanakan perintah Allah SWT. Kita ini manusia biasa yang dalam diri ini tidak semua yang diperintahkan Allah untuk mengerjakan kita menyukainya dan tidak semua yang diperintahkan Allah untuk meninggakan kita membencinya.
Adakalanya diri ini tidak menyukai terhadap apa yang diperintahkan Allah dan menyukai terhadap apa yang dilarang Allah. Namun ketaatan kepada Allah dan Rasul di atas segalanya, menundukan serta mengalahkan rasa suka ataupun tidak suka, senang ataupun tidak senang.
Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak sempurna iman seseorang diantara kamu sehingga hawa nafsunya tunduk kepada apa yang telah aku sampaikan”.(Hadits hasan shohih). Wallahu a’lam bish-shawab. []
Selosari Magetan, Agustus 2016
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word.Â