Oleh: Siti Aisyah, S.Pd.I
Penulis adalah Guru RA dan DTA
MANUSIA dengan segala keterbatasannya, dengan segala kelemahannya pasti mendambakan sebuah kebahagiaan. Namun terkadang pada kenyataanya manusia akan dihadapkan dengan hal yang sebaliknya, bahwa kebahagiaan yang didambakan tak kunjung datang. Ia dihadapkan dengan berbagai ujian kehidupan mulai dari kesedihan, harapan yang tak kunjung tercapai, permasalahan hidup dan lain sebagainya.
Di tengah-tengah menghadapi permasalahan itu, pasti ada dalam hatinya keinginan untuk bisa keluar dan menyelesaikan itu, ia berharap bisa bisa berdiri tegak , tersenyum untuk bisa menghadapi permasalahan hidup yang beraneka ragam, dan menginginkan menemukan kebahagiaan sejati.
Maka berbagai cara pun ditempuh untuk bisa menemukan kebahagiaan sejati. Ada dengan mencari ketenangan yang sifatnya dunia, ada yang mencari udara segar, ada yang dengan olah raga seolah olah ia berharap dengan itu permasalahannya selesai. Namun ketika semua itu dicari maka terkadang kebahagiaan itu tidak diraihnya. Bagi kita sebagai muslim, kiranya kita harus mengetahui apa itu bahagia? Seperti apa ia mendapatkannya dan dengan apa ia akan mendapatkannya?.
Di dalam buku fawaidul fawaid, karangan Ibnu Qayyim al jauziyyah dikatakan bahwa ketakwaan kepada Allah adalah penentram jiwa, Kenapa itu bisa terjadi, hal itu diawali dari jiwa yang menautkan hatinya kepada Allah, karena hikmah tauhid yang tersirat bahwa hati tidak akan tenang kecuali bersambung dengan Allah. Maka siapa saja kecintaan, kehendak, keinginannya dan ketaatannya ditunjukan keapada selain Allah niscaya semua itu sia sia dan lenyap, bahkan akan ditinggalkan oleh sesuatu yang dibutuhkannya.
Seorang hamba tidak terlepas dari musibah maka ia sangat butuh pertolongannya, maka yang harus dilakukannya adalah menciptakan ketenangan dan kedamaian dengan merendahkan dirinya dihadapan Rabbnya dengan penuh rasa hina, keyakinannya tentang kebaikan takdir Allah membuatnya tidak merasakan pahitnya musibah, ia menyadari bahwa dirinya hamba yang suka tidak suka harus menjalani takdir Rabbnya, apabila ia Ridha niscaya ia akan mendapatkan keridhaanNya. Maka apabila ia tidak ridha maka akan mendapat kemurkaan.
Mari Kita renungi dan amalkan hadis dari Anas berikut ini:
“Sesungguhnya besarnya balasan sesuai dengan besarnya ujian, apabila Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan mengujinya, siapa yang ridha akan mendapat keridhaan Allah an siapa yang benci akan mendapat kebencian-Nya” (HR. Tirmidzi)
Jadikan ujian sebagai jalan kita mendapat ridha-Nya, maka pastikan apa yang kita tempuh sudah sesuai dengan apa yang diserukan Allah maka apapun yang terjadi kita akan siap berdiri tegak karena kita menjalankan aturan main pencipta kita Allah SWT. Wallahu a’lam. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word.