BERDAKWAH adalah salah satu kewajiban setiap muslim yang harus dikerjakan. Berdakwah kelihatannya mudah, namun tidak semua orang mampu berdakwah secara apik dan halus sehingga tidak menyinggung perasaaan orang yang kita didakwai. Lantas, bagaimana agar dakwah kita tidak menyinggung perasaan?
Tujuan besar Allah mengutus para nabi adalah sebagai basyir wa nadzir. Pemberi janji kabar gembira bagi yang melakukan ketaatan dan pemberi ancaman bagi yang Allah berfirman: “Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS. Saba’: 28)
Mengingat tujuan dakwah di atas, kita bisa menyimpulkan fungsi dakwah ada 3:
[1] Mendukung dan mengajarkan yang benar
[2] Meluruskan yang salah
[3] Menghalangi terjadinya kebatilan
Dan tentu saja tidak semua manusia menerimanya. Bahkan kebanyakan manusia terkadang menolaknya. Karena aturan syariat, tidak harus selalu sejalan dengan keinginan manusia.
Allah berfirman mengingatkan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Jika kamu menuruti keinginan mayoritas penduduk bumi, mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah,” (QS. al-An’am: 116).
Karena itulah, terkadang dakwah yang disampaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menyinggung perasaan para musuh beliau. Bahkan banyak diantara mereka ada yang nantang dan melawan. Meskipun nurani sejatinya menerima kebenaran itu.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya tidak mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.” (QS. al-An’am: 33).
Bahkan diantara mereka, karena saking tersinggungnya, hingga mereka marah. Seperti yang dialami orang munafiq. Allah menceritakan:
Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata “Kami beriman”, dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati. (QS. Ali Imran: 119).
Jadi dakwah memang harus menyinggung perasaan. Jika tidak, semua akan hambar, tidak ada rasa. Di situlah terjadi gejolak, dan di situlah akan ada respon. Antara menerima atau menolak.
Menyinggung Tidak Berarti Kasar
Menyinggung perasaan dan bersikap kasar, dua hal yang berbeda. Bersikap kasar dan keras, secara umum tidak dianjurkan dalam islam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Setiap kelembutan ketika berada pada semua urusan, pasti dia akan menjadi penghias. Dan jika dicabut kelembutan itu, pasti akan membuat semakin buruk.,” (HR. Muslim 6767).
Jaga baik-baik emosi, agar kita bisa menyampaikan dengan penuh kelembutan. Kalaupun itu akan menyinggung perasaannya, tidak jadi masalah. Karena memang dakwah harus sampai di perasaan. Jika tidak, dakwah tidak akan ada pengaruhnya. Allahu a’lam.[]
Sumber: konsultasi syariah.com