KOBI adalah seekor anak kerbau kecil. Dia dan keluarganya tinggal di padang rumput di tepi danau. Selai keluarga Kobi, banyak juga keluarga kerbau lain yang tinggal di sana. Setiap hari, Kobi dan teman-temannya makan dan bermain di padang rumput. Kalau hari panas, mereka berenang saja di danau. Hemhh, segar…!
Pagi hari, ketika matahari mulai bersingar terang, padang rumput itu semakin ramau. Bukan hanya oleh celoteh para kerbau, tapu juga karena berdatangannya sekelompok burung. Tegur sapa dan obrolan santai mereka menjadikan suasana semakin riang.
Kedatangan kelompok burung ini merupakan kunjungan rutin. Mereka langsung hinggap di tubuh para kerbau dan mengais-ngaiskan kakinya lalu mematuk kutu-kutu yang mereka temukan di sana. Inilah yang tidak disukai oleh Kobi. Burung-burung kecil itu! Kobi jengkel sekali. Dia tidak suka ada burung hinggap di tubuhnya. Maka setiap kali burung-burung itu tiba, dia selalu menekuk wajahnya.
Tapi rasanya, hari ini kejengkelannya semakin menjadi-jadi . sepanjang siang itu, dia terus cemberut dan tidak lagi semangat bermain atau melakukan apapun.
“Ada apa denganmu, Kobi?” tanya ibunya di malam hari sebelum tidur, “Seharian tadi kamu terlihat sangat lesu.”
Kobi diam sejenak sebelum akhirnya menjawab, “Burung-burung itu, aku jengkel sekali pada mereka…”
“Kenapa?” tanya ibu lagi.
“Aku tidak suka mereka ada di tubuhku. Rasanya menggelikan!”
Ibu Kobi tersenyum, “Nak, setiap mahluk hidup yang diciptakan tidak membawa kesia-siaan. Burung-burung kecil itu hinggap di tubuh kita membawa manfaat bukan?”
“Pokoknya aku tidak suka, Ibu!” ujar Kobi.
Ibu memandang Kobi beberapa saat, “Kalau begitu, katakan pada burung-burung yang hinggap di tubuhmu, kalau kamu tidak suka. Menekuk wajahmu sepanjang hari akan membuat siapapun di sekitarmu menjadi tidak nyaman,” terang ibu.
Keesokan harinya, saat kunjungan pada burung itu tiba, Kobi melakukan saran ibunya. Mula-mula burung-burung kecil itu kaget. Tapi kemudian mereka tersenyum dan pergi meninggalkan Kobi. Jadilan mulai hari itu, tak ada lagi burung yang hinggap di tubuh Kobi.
Kobi pun merasa senang sekali.
Satu minggu berlalu. Pada suatu malam yang larut, ketika suasana sepi, dan semua kerbau telah beristirahat, Kobi ternyata masih belum tidur juga. Lho ada apa dengan Kobi? Sedari tadi, Kobi membalik-balikan badannya. Dia sudah mencoba berbagai cara supaya bisa tidur. Tapi susah sekali. Kobi sudah tidak tidak tahan, karena badannya sangat gatal dan tidak nyaman, hingga membuat dia kesulitas tidur. Akhirnya, sampai pagi menjelang, tak sekejap pun Kobi beristirahat. Kobi merasa amat tersiksa. Sepanjang malam dia berpikir, dan akhirnya dia tahu apa yang harus dia lakukan.
***
“Maafkan aku. Dulu aku pernah meminta kalian pergi. Aku menyesal sekali. Seharusnya aku bisa lebih menghargai kalian ya,” ucap Kobi pelan.
Burung-burung kecil tersenyum senang. Lalu salah satu di antara mereka berkata, “Kami senang kamu mengatakannya. Jangan khawatir, kami pasti membantumu.”
Lalu mereka hinggap di tubuh Kobi. Dari kejauhan, Ibu Kobi pun tersenyum bahagia. Sesungguhnya Obu Kobi dan burung-burung kecil itu berpikiran sama, siapa yang tahan kalau tubuhnya banyak kutu! []