BERTAMU ke rumah Allah, tak bisa dilakukan setiap umat Islam. Apalagi soal naik haji, ini soal panggilan jiwa dan undangan dari Sang Pencipta.
Ketika bertamu ke tanah suci, menjadi sebuah keistimewaan bila kita mampu mencium hajar aswad. Tapi, apakah itu diperlukan?
Hajar Aswad merupakan sebuah batu hitam yang menjadi patokan umat Islam mengawali thawaf atau mengelilingi Ka’bah menjalankan ibadah haji atau umroh. Hajar Aswad terletak di sudut sebelah timur Ka’bah.
Hajar Aswad berasal dari bahasa Arab, Al-Hajar yang artinya batu dan Al-Aswad yang artinya hitam. Pada awalnya, Hajar Aswad merupakan batu berwarna putih yang diturunkan dari surga. Namun karena banyaknya maksiat dan dosa yang dilakukan oleh manusia, Hajar Aswad akhirnya berubah warna menjadi hitam.
Berikut beberapa alasan mengapa kita perlu mencium hajar aswad, sebagaimana disitat dari laman Ummi:
Hajar Aswad merupakan batu yang turun dari surga
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Hajar aswad turun dari surga padahal batu tersebut begitu putih lebih putih daripada susu. Dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam”. ( HR. Tirmidzi no. 877. Shahih menurut Syaikh Al Albani)
Hajar Aswad menjadi saksi pada hari kiamat
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda mengenai hajar Aswad, “Demi Allah, Allah akan mengutus batu tersebut pada hari kiamat dan ia memiliki dua mata yang bisa melihat, memiliki lisan yang bisa berbicara dan akan menjadi saksi bagi siapa yang benar-benar menyentuhnya” (HR. Tirmidzi no. 961, Ibnu Majah no. 2944 dan Ahmad 1: 247. Abu Isa At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan dan Syaikh Al Albani menshahihkan hadits ini).
Mencium Hajar Aswad merupakan sunah Rasul
“Dari ‘Abis bin Robi’ah, ia berkata, “Aku pernah melihat ‘Umar (bin Al Khottob) mencium Hajar Aswad. Lantas ‘Umar berkata, “Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau hanyalah batu. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, maka tentu aku tidak akan menciummu” (HR. Bukhari no. 1597, 1605 dan Muslim no. 1270).
Dalam sebuah hadits lain disebutkan :
“Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau adalah batu yang tidak bisa memberikan mudhorot (bahaya), tidak bisa pula mendatangkan manfaat. Seandainya bukan karena aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, maka aku tidak akan menciummu.” (HR. Muslim no. 1270).
Maka ciumlah Hajar Aswad dengan niat semata-mata karena ingin mengikuti sunah Rasulullah, bukan untuk menyembah wujud Hajar Aswad sebagai batu. Jangan sampai niat kita yang awalnya ingin beribadah dan mengikuti sunah Rasul, malah menjadi suatu hal yang keliru. Misal kita malah menjadikan Hajar Aswad sebagai tempat memohon dan meminta karena sejatinya hanya Allah-lah yang pantas kita jadikan sandaran dalam hidup ini. []