BANDA ACEH—Puluhan akademisi dan mahasiswa dari Yayasan Kepemimpinan Negara (YAKIN) dan Alumni Exco PMUM Malaysia, mengunjungi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry guna mempelajari peran dan kiprah kampus Islam tersebut dalam penyelenggaraan pendidikan Islam dan khususnya dalam proses penegakan Syari’at Islam di Aceh. Pertemuan berlangsung di aula biro Rektor UIN Ar-Raniry, Kamis, (25/1).
Kunjungan ini diterima oleh Wakil Rektor I UIN Ar-Raniry, Dr. Muhibbuthabry, M.Ag, Kepala Bagian Kerjasama UIN Ar-Raniry, Drs. H. Faudi Zulkifli, kepala Biro AAKK Drs. Jakfar Yacop, para dekan dan wakil dekan.
Dalam sambutannya, pimpinan rombongan akademisi Malaysia, Dato Sri Dr Khir yang juga Mantan Gubernur Selangor dua periode, mengatakan bahwa pihaknya kagum dengan masyarakat Aceh yang menerima aturan Syari’at Islam, menerima hukum jinayat. Pasalanya, di Malaysia justru masyarakatnya yang tidak siap menerima.
Oleh sebab itu, mereka juga menanyakan banyak hal tentang peran dan partisipasi UIN Ar-Raniry dalam penyelenggaraan pendidikan Islam di Aceh dan khususnya penegakan Syari’at Islam di Aceh serta model pendidikan Islam yang dikembangkan di UIN.
Sementara itu, Wakil Rektor I UIN Ar-Raniry, Dr Muhibbuthabry, M.Ag dalam sambutannya menjelaskan panjang lebar tentang kiprah UIN Ar-Raniry dalam penyelenggaraan pendidikan Islam di Aceh sehingga menjadi kekuatan utama dalam penegakan Syari’at Islam.
“Saat ini Ekonomi Syari’ah UIN tertinggi peminatnya secara nasional, sementara UIN Ar-Raniry sendiri pada tahun 2016 yang lalu menjadi kampus Islam terfavorit bagi mahasiswa luar negeri yang ingin belajar Islam ke Indonesia, “ kata Dr Muhibbuthabry didamping Kabag Kerjasama, Fuadi Zulkifli.
Dr Muhibbuthabry juga menjelaskan, saat ini di UIN Ar-Raniry terdapat 27 ribu mahasiswa yang sedang menuntut ilmu. Untuk tahun lalu dari mencapai 23 ribu yang mendaftar, yang bisa diterima hanya 5500, termasuk dari luar negeri. Ia juga menjelaskan bahwa selama ini testing mahasiswa dari luar negeri diperlakukan secara khusus dan diselenggarakan secara sederhana. Hal ini, kata Dr Muhib, adalah karena kurikulum di Malaysia, Brunai dan Thailand ada yang tidak sesuai dengan kurikulum Indonesia sehingga dalam pelaksanaan testingnya mesti disesuaikan.
Adapun perihal peran dan partisipasi UIN Ar-Raniry dalam penegakan Syari’at Islam, Kabag Kerjasama UIN Ar-Raniry, Fuadi Zulkifli menjelaskan, sejak pertama Syari’at Islam diterapkan di Aceh, akademisi dari UIN Ar-Raniry telah silih bergant memimpin Dinas Syari’at Islam, baik di masa Prof. Alyasa’, Prof. Rusjdi Ali Muhammad, hingga masa Prof. Syahrizal.
Selain mengunjungi UIN Ar-Raniry, rombongan dari Malaysia direncanakan juga akan mengunjungi Dinas Syari’at Islam, Mahkamah Syari’ah Aceh dan sebagainya. []