DI detik-detik akhir kehidupannya, Fir’aun, sang manusia lalim yang meneguhkan dirinya sebagai Tuhan itu sadar bahwa dirinya bukanlah Sang Pencipta seperti yang selama ini ia dengung-dengungkan. Fir’aun merasa lemah, tak berdaya. Sebentar lagi dirinya akan binasa. Tenggelam ke dasar lautan.
Di momen krusial itu, ketika tubuhnya ditarik gulungan ombak, Fir’aun teringat akan sosok yang lebih agung ketimbang dirinya, Tuhan.
Fir’aun pun berkata, sebagaimana Allah ceritakan dalam QS Yunus ayat 9. “Aku percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil.”
Namun di saat yang bersamaan, Jibril menyumpal mulut Fir’aun dengan ‘Halul Bahri’; lumpur hitam yang ada di dasar laut.
Jibril berkata, “Wahai Muhammad! Andai saja kau melihatku saat mengambil lumpur hitam lautan lalu aku sumpalkan ke mulutnya, karena khawatir rahmat menghampirinya.” (HR At-Tirmidzi 3320, 3321).
Dalam riwayat lainnya Rasulullah menyebutkan bahwa Jibril menyumpalkan tanah ke mulut Fir’aun karena khawatir mengucapkan “La ilaha illallah,” sehingga Allah akan merahmatinya, atau khawatir Allah akan merahmatinya dan diterima tobatnya.
Kenapa Malaikat Jibril berlaku hingga demikian?
Dalam Kisah-kisah Nubuat dari Nabi karya Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar, Malaikat Jibril melakukan hal tersebut dikarenakan ia sangat benci terhadap manusia lalim yang sangat keras dalam kekafiran, kerusakan, memerangi Islam dan menyiksa orang-orang mukmin.
Barangkali ada yang penasaran dan bertanya,”Apa ruginya bagi Malaikat Jibril jika Allah merahmati dan mengampuni Fir’aun?”
Jawabannya dikarenakan terkadang kebencian seorang hamba terhadap orang zalim mendorongnya untuk berdoa kepada Allah agar tobat mereka tidak diterima dan mereka tidak dimasukkan ke dalam rahmat-Nya. Hal yang sama yang juga dilakukan oleh Nabi Musa.
Nabi Musa mendoakan keburukan kepada Fir’aun dan para pemuka kaumnya agar Allah menutup hati mereka sehingga mereka tidak beriman sampai melihat siksaan yang pedih.
“Dan Musa berkata. ‘Ya Tuhan kami, Engkau telah memberikan kepada Fir’aun dan para pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia. Ya Tuhan kami, (akibatnya) mereka menyesatkan (manusia) dari jalan-Mu. Ya Tuhan, binasakanlah harta mereka, dan kuncilah hati mereka, sehingga mereka tidak beriman sampai melihat azab yang pedih’.” (QS Yunus: 88). Wallahu a’lam. []
Sumber: Kisah-kisah Nubuat dari Nabi, karya Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar, Ummul Qura.