Oleh: Ismail Shodiq
“Kamu tuh, gimana mau rezekinya lancar, shalat aja susah. Shalat sana, biar dapet rezeki” Ayah memarahi kakak yang sejak tadi pagi hanya sibuk tidur-tiduran sambil memainkan gawainya. Paling-paling juga, kakak sedang asyik main mobile legend.
“Iyah iyah, mau salat kok ini juga” Kakak berdiri, mematikan gawainya, langsung pergi menuju tempat wudhu. Akhirnya, ayah berhasil membuat kakak shalat setelah 1 jam susah payah ayah memarahi anaknya.
Sesungguhnya, yang aku pikirkan, hanyalah perkataan ayah tentang ajakan salat tadi. Logika ku tak pernah sampai, ketika mendengar orang “shalat, biar dapet rezeki”. Seolah, dengan shalat, harta kita akan tiba-tiba bertambah, lamaran pekerjaan kita tiba-tiba diterima, atau bisnis kita akan tiba-tiba laku keras. Entahlah, aku kurang setuju.
Memang, rezeki tidak selalu bicara tentang uang. Rezeki itu, bentuknya bisa kesehatan, keluangan waktu, kebahagiaan, itu juga rezeki yang kadang tidak kita sadari. Tapi, jika kita bicara tentang ajakan solat, tentu rezeki yang dimaksud, adalah tentang harta.
Jika memang shalat langsung mendatangkan harta, maka secara logika, orang-orang yang selalu shalat di masjid, para imam-imam di kampung, para kakek-kakek yang kepayahan untuk shalat di masjid, harusnya adalah orang-orang paling kaya. Toh mereka tidak pernah meninggalkan shalat bahkan selalu berada di baris terdepan. Tapi, apakah mereka orang yang kaya raya?
Bagiku, keliru jika memahami bahwa shalat itu langsung mendatangkan rezeki, karena cara kerja shalat, tidaklah begitu.
Bagiku,
jika orang shalat, maka ia belajar ikhlas. Dan dengan ikhlas, ia akan beribadah tanpa pamrih. Mulai dari berbakti pada orangtua, bersedekah, menghapal quran, dan banyak kebaikan lainnya yang ia lakukan.
jika orang shalat, maka ia belajar bersabar. Dan dengan sabar, ia takkan mengeluhkan semua keadaan.
Jika orang shalat, maka ia belajar komitmen. Dengan komitmen, ia bisa menjadi diri yang baik, yang bisa menghargai sesama orang lain. Dan dengan menghargai, ia pun akan dihargai.
Jika orang shalat, maka ia belajar bersyukur. Dan dengan syukur, ia bisa menjadi bahagia. Dengan bersyukur, Allah akan menambahkan rezekinya. Tidak langsung, tapi pasti bertambah.
Kau boleh setuju, boleh juga tidak. Tapi bagiku, begitulah cara kerja shalat. Maka tidak heran, orang-orang yang rajin shalat, belum tentu orang yang paling banyak harta, banyak anak, ataupun tinggi jabatannya. Tapi, orang-orang yang rajin shalat, adalah orang-orang yang bahagia. Apa guna kaya, jika kita tidak bahagia? Apakah kaya, atau bahagia yang sesungguhnya kita kejar?
Jika hari ini, kau tak pernah meninggalkan shalat, tapi kau tidak bahagia. Maka, jangan salahkan Allah. Coba periksa kembali, sudah benarkah shalatmu? sudahkah kita belajar memperbaiki shalat kita. []