PERNIKAHAN merupakan sebuah ikatan suci antara sepasang insan yang saling mencintai. Namun, adakalanya pernikahan dibangun tanpa dasar cinta. Kasus yang banyak terjadi adalah perjodohan yang dipaksakan hingga sampai ke pelaminan. Setelahnya, boro-boro mencapai tujuan sakinnah, mawwadah wa rahmah, pasangan justru merasa tidak bahagia. Bisa jadi karena masih teringat mantan. Apalagi jika hal ini menimpa seorang istri. Duh, jika terjadi demikian harus bagaimana?
Pertama-tama perlu diketahui bahwa pernikahan merupakan sesuatu yang sakral dan suci. Ia adalah ikatan yang sangat kuat (mitsaqan ghalizha) yang tidak boleh dipermainkan (lihat QS an-Nisa: 21). Ketika seseorang memasuki gerbang pernikahan dan melakukan ijab kabul berarti ia siap memikul tanggung jawab dan konsekwensi baik sebagai suami maupun sebagai isteri.
Kedua, Karena Anda sudah menjadi seorang isteri maka di antara tanggung jawab isteri adalah taat kepada Allah, taat kepada suami, serta menjaga diri, harta, dan kehormatan entah di saat bersama suami, apalagi di saat tidak bersamanya. Yakni ketika suami bekerja dan berada di luar rumah (QS an-Nisa: 34). Isteri salehah harus bisa menjaga pergaulan, membatasi interaksi dengan lelaki asing, serta tidak boleh mengkhianati suami.
Ketiga, pernikahan yang Anda lakukan dengan suami Anda sekarang merupakan jodoh yang sudah ditetapkan oleh Allah. Karena itu Anda harus menjaganya dengan baik. Itulah pilihan terbaik untuk Anda. Apalagi suami Anda bertanggung jawab dan sangat menyayangi Anda, serta diterima baik oleh keluarga Anda. Sementara orang yang pernah dekat dengan Anda belum tentu bisa bertanggung jawab serta belum tentu menyayangi setulus dia. Namun kadang setan memang membisikkan sesuatu yang bisa merusak kehidupan suami isteri yang pada akhirnya melahirkan bencana dan petaka. Allah befirman, “Boleh jadi kalian membenci sesuatu padahal itu baik buat kalian dan boleh jadi kalian menyukai sesuatu padahal itu buruk buat kalian. Allah mengetahui, sementara kalian tidak mengetahui.” (QS al-Baqarah: 216).
Keempat, jika Anda berusaha mempertahankan dan menjaga keutuhan rumah tangga karena Allah, maka pasti Anda diberi kebahagiaan di dunia dan akhirat. Jika Anda memberikan yang terbaik kepada suami Anda, pasti Anda juga diberi yang terbaik oleh Allah. Demikian seterusnya. Adapun kondisi mantan pacar yang menjadi sakit-sakitan insya Allah akan segera pulih. Yang penting Anda tidak memberikan peluang komunikasi dan interaksi dengannya.
Maka, meski pun belum tumbuh rasa cinta terhadap pasangan karena pernikahan yang terpaksa dilakukan, yang harus dipegang teguh adalah komitmen kepada Allah SWT. Sebab tujuan pernikahan bukanlah untuk memuaskan keinginan seseorang atau untuk kebahagiaan semu yang sifatnya sementara. Tujuan pernikahan adalah ibadah demi memperoleh ridho Allah. Maka, walaupun cinta terhadap pasangan masih separuh hati, yang harus tetap  diperjuangkan sepenuh hati tentunya adalah cinta Allah SWT. []
SUMBER: SYARIAH ONLINE