BANDA ACEH—Sebanyak 22 orang pengurus Partai Islam Malaysia (PAS) mengunjungi kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh untuk melakukan studi banding pelaksanaan Syari’at Islam di Aceh. Ke-22 rombongan ini berasal dari negeri Selangor, Johor, Kelantan dan sebagainya.
Kehadiran rombongan ini disambut oleh Rektor UIN Ar-Raniry, Prof. Dr. Farid Wajdi Ibrahim MA, Wakil Rektor I Dr. Muhibuthabry, M.Ag, wakil rektor III Prof. Dr. Syamsul Rijal, MA, Kepala Biro AUPK Drs. Junaidi, Kepala Biro AAKK Drs. M. Jakfar Yacob, Kabag Humas dan Kerjasama UIN Drs. Fuadi Zukifli, M.Si dan sejumlah akademisi UIN Ar-Raniry lainnya, Kamis, (08/2).
Ketua rombongan dari Malaysia dalam penjelasannya menjelaskan tentang almarhum Nik Abdul Azis yang mereka jadikan sebagai guru dalam perjuangannya. Dan kedatangan mereka ke Aceh adalah untuk mempelajari secara mendalam terkait penegakan Syari’at Islam di Aceh serta peran institusi pendidikan yang ada di Aceh, khususnya UIN Ar-Raniry.
“Kami bangga Aceh lebih dulu dalam penegakan Syari’at Islam. Bahkan kami dengar pramugari masuk ke Aceh harus memakai pakaian muslimah. Saya akan sampaikan perkembangan baik dari Aceh ini ke pemerintahan di Malaysia dan berharap mudah-mudahan kami bisa mengikuti jejak Aceh,“ ujar Dato’ Abdullah Husin, ketua rombongan yang juga politisi PAS dari Negeri Johor.
Ia juga mengatakan, pihaknya berharap bisa menjalin kerja sama dengan UIN Ar-Raniry dalam pengembangan pendidikan, sebab pihaknya merasa perlu untuk adopsi model pendidikan di UIN untuk dibawa ke Malaysia. Sementara itu, dalam sambutannya, Rektor UIN Ar-Raniry, Prof. Dr. Farid Wajdi Ibrahim, MA mengatakan panjang lebar perjuangan penegakan Syari’at Islam di Aceh dari masa ke masa.
“Allah akan memudahkan jalan kalau kita ingin menegakkan Syari’at Islam. Kami akan selalu siap untuk terus berjuang menyukseskan penerapan Syari’at Islam di Aceh, “ ujar Prof. Farid.
Prof. Farid juga menyinggung tentang resiko masyarakat Aceh yang menerapkan Syari’at Islam dimana sering kali dituduh radikal di dunia luar. Namun, kenyataannya, ternyata di Aceh ini tidak seperti yang mereka gambarkan. []
Kontributor: Teuku Zulkhairi, Penyusun Bahan Siaran dan Pemberitaan Humas UIN Ar-Raniry