Oleh: Zulfa Rahmatina
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
GANGGUAN perilaku makan rupanya menjadi salah satu isu yang cukup serius dalam ranah kesehatan mental. Anoreksia dan bulimia, misalnya. Kedua gangguan yang ditandai dengan keinginan sangat besar untuk menjadi kurus itu kemudian menjadi penyebab terjadinya gangguan dalam perilaku makan. Bicara tentang manusia yang fitrahnya suka memperhatikan penampilan, memiliki tubuh ideal tentu jadi dambaan. Tapi bagaimana jadinya kalau kenyataan tak sesuai angan-angan?
Harus diakui bahwa sehebat-hebatnya manusia, kehebatannya tetap ada batasnya. Satu dua masalah boleh jadi mampu ditepisnya. Namun, tatkala antrean persoalan datang bak gelombang, merangsek dari setiap sisi kehidupan, tidak mustahil dirinya kemudian keteteran, terpuruk dalam kepayahan, diombang-ambing badai kegalauan (hal 4). Galau dapat muncul oleh berbagai faktor dan merupakan efek yang timbul dari sikap, sudut pandang dan pola hidup seseorang. Kembali lagi tentang tubuh ideal, harapan yang tak terwujud itu pasti berujung pada kegalauan. Duh!
Lebih jauh dipaparkan, kegalauan rupanya bukan monopoli masyarakat Negara maju atau penduduk kota besar saja. Di Indonesia, selain didapati 6 persen masyarakat yang berumur lebih dari 15 tahun mengalami gangguan emosional, riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 menemukan bahwa prevalensi tertinggi penderita gangguan ini berada di Sulawesi Tengah, sebesar 11,6% (hal 9). Padahal, banyak pakar yang mengamini bahwa ada keterkaitan antara situasi mental terhadap kesehatan fisik. Galau hingga tingkat depresi dapat masuk dalam situasi mental tersebut. Adapun beberapa masalah yang bisa dicetuskan oleh kegalauan dalam kaitannya dengan kesehatan dapat berupa sakit kepala, asma, diabetes mellitus, gangguan pencernaan, hipertensi, rematik, kanker, jantung koroner hingga kegemukan yang disebut Nabi sebagai tanda-tanda kaum yang suka berkhianat dan tidak bisa dipercaya (hal 28).
Buku Diet Anti Galau setelah dengan detail menjelaskan seluk beluk galau lantas mengupas bagaimana menghalau galau saat proses diet berlangsung dengan begitu rinci dari beragam aspek, tentu saja masih dalam kerangka solusi-solusi Islami. Dalam prosesnya, Diet Anti Galau menghubungkan situasi mood yang dapat mempengaruhi asupan makanan seseorang yang berdampak pada status gizinya yang lantas merembet pada kesehatan fisiknya sehingga disarankan untuk mengonsumi senyawa-senyawa ‘jagoan’ yang tidak hanya pintar melawan kegalauan melalui penyiagaan neurotransmitter tetapi juga mampu melakukan aksi lain di antaranya menahan beberapa situasi buruk yang bisa mencetuskannya (hal 72).
Pada bab selanjutnya, terdapat pula aturan lain yang harus diterapkan dalam Diet Anti Galau yang berkaitan dengan adab dalam mengonsumsi makanan, hingga tips-tips seperti pembiasaan mengonsumsi aneka ragam makanan, sarapan, mencukupkan asupan sayur dan buah-buahan juga upaya untuk tidak kekurangan cairan. Tidak ketinggalan, disediakan 21 jurus pamungkas agar diet dapat berlangsung tanpa serangan galau. Jadi, selamat membaca dan mencoba diet secara Islami tanpa kalau dan galau. []
Judul buku : Diet Anti Galau: Solusi Islami Menghalau Galau
Penulis    : Yuga Pramita
Penerbit    : Tinta Medina
Tahun     : Solo, 2017
Tebal      : 234 hlm; 21 cm
ISBNÂ Â Â Â Â Â : 978-602-0894-72-0