Oleh: Rahma Khoerunnisa Innayatullah
Santri Pondok Pesantren Islam Uswatuh Hasanah Purwakarta
Cowok: “Say, ini coklat buat kamu. Happy Valentine day ya..”
Cewek : “Waah.. so sweet. Makasih ya say..”
Pernah mengalami adegan singkat seperti adegan di atas? Atau lebih dari itu? Jika kamu pernah mengalami hal tersebut sebagai tanda perayaan Valentine Day yang diselenggarakan setiap tanggal 14 Febuari, maka alangkah baiknya kamu langsung beristigfar dan bertobat kepada Allah.
Pasalnya, perayaan tersebut diselenggarakan oleh bangsa Romawi, alias non-Islam dalam rangka memperingati hari agungnya St.Valentine. Selanjutnya, Valentine Day menjadi perayaan umat non-muslim sebagai tanda kasih sayang dengan keyakinan yang mereka yakini.
Sayangnya, dengan kuatnya pengaruh zaman yang dikenal dengan istilah Kids Zaman Now, membuat fakta yang mengejutkan. Ternyata remaja muslim dan muslimah menjadi pelaku utama dalam perayaan Valentine Day tersebut. Astagfirullah hal-‘Adziim. Bahkan, tidak jarang para remaja tersebut dengan terang-terangan dan bangga mendeklarasikan bahwa dirinya beserta pasanganya merayakan hari Valentine dengan alasan toleransi dan saling berbagi rasa kasih sayang.
Pernyataan seperti inilah yang menimbulkan remaja muslim terjerat dan terperdaya sehingga mereka menggunakan alasan yang sama untuk bisa merayakan hari tersebut. Ironis bukan? Bahkan, zaman Rasul pun tidak ada yang mencontohkan bahwa toleransi harus mengikuti kebudayaan orang-orang non-Islam. Seperti halnya di zaman Rasulullah, beliau membiarkan orang non-muslim hidup aman di Madinah dengan perayaan-perayaan mereka. Tidak ada dalam sejarah yang menceritakan bahwa Rasul bertoleransi kepada agama non-Islam dengan cara mengikuti perayaan mereka.
Bukti toleransi bukan berarti kita ikut merayakannya, melainkan dengan memberi kesempatan dan kelenggangan pada mereka untuk merayakan adat dan kepercayaan mereka tanpa ikut merayakan. Itu sudah cukup menjadi tanda toleransi kita bagi mereka. Karena Rasulullah bersabda, “Man tasyab-baha biqoumin fahuwa minhum.” Artinya: Barangsiapa yang meniru suatu kaum, maka mereka termasuk kedalamnya. Na’udzubillahi min dzalik.
Mengenai rasa kasih sayang, Islam juga mengajarkan untuk senantiasa mengamalkannya setiap hari tanpa terikat waktu, usia ataupun tempat. Dengan catatan, rasa kasih sayang yang ditunjukan untuk saudara atau saudarinya yang se-mahram dan yang sudah terikat ikatan halal, yakni menikah. Seperti halnya kakak kepada adik, teman perempuan kepada teman perempuannya, teman laki-laki kepada teman laki-lakinya, suami kepada istri dan seterusnya.
Namun, jangan salah kaprah ya, bukan berati dengan ini kalian berpikir menjadi LGBT atau suka sesama jenis. Maksud kasih sayang sesama mahram di sini, dengan cara saling mengingatkan pada hal yang baik dan melarang pada keburukan, saling menasihati di kala sulit, saling tegur salam, saling mengingatkan agar terus taat dan bertakwa kepada Allah swt. dan sebagainya.
Sebagaimana yang telah Allah sampaikan dalam firmanNya QS: At-Taubah : 71, yang artinya “Kaum mu’min laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi yang lain. Mereka mengajak berbuat kebajikan, mencegah kemungkaran, melakukan shalat, mengeluarkan zakat, dan menaati Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah yang akan mendapat rahmat dari Allah; sesungguhnya Allah Mahaperkasa untuk menolong kaum mukmin lagi Mahabijaksana.”
Maka dari itu, kita sebagai remaja muslim harus memahami batasan-batasan yang Allah tetapkan. Bukan hanya ingin disebut gaul, tetapi nyatanya melanggar syari’at Allah.
Beberapa saran buat kita-kita sebagai remaja muslim agar tidak salah kaprah dan terjerumus ke lubang maksiat dan merusak keislaman kita:
Memiliki prinsip Islam dan bangga menjadi seorang muslim dan muslimah.
Terkadang kita gengsi menunjukan identitas kita karena takut dicibir orang seiktar dengan anggapan kurang gaul. Nah, sifat seperti inilah yang harus dihindari dan mulai sekarang kita harus bangga menjadi umat Islam. Be proud of moslem, guys!
Banyak belajar dan mempelajari Islam secara kaffah.
Artinya, jangan setengah-setengah. Tambah rasa penasaran kamu untuk tetap tekun mempelajari Islam, mengamalkannya secara bertahap, dan istikamah. Rasul bersabda :“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Cerdas dalam bergaul.
Artinya, kamu harus bisa membedakan mana teman yang baik karena akhlaknya dan buruk karena akhlaknya. Rasul bersabda : “Sesungguhnya perumpamaan orang yang bergaul dengan baik dan orang jahat adalah seperti perumpamaaan orang yang bergaul dengan orang yang membawa minyak kasturi dan orang yang meniup api. Orang yang membawaa minyak kasturi, mungkin memberi minyak kasturi kepadamu atau kau yang membeli minyak kasturi padanya, paling tidak kau mendapatkan bau harumnya. Sedangkan orang yang meniup api, mungkin ia akan membakar kainmu atau kamu akan mendapat bau yang tidak sedap darinya.” (Muttafaq ‘Alaihi)
Ingat pengaruh teman dan lingkungan sosial sangat memengaruhi keadaan kita-kita yang masih labil. So, be smart to choose a friend. Teman yang baik dan saleh atau salehah, ia akan menolongmu di akhirat kelak.
Well, mulai sekarang kita harus benar-benar menjadi remaja idaman Islam dengan mencontoh para shahabat dan shahabiyyah. Gaul itu tidak harus mengikuti zaman dan terpengaruh dampak buruknya. Namun, ketika kamu tegas menolak kemaksiatan dan tegas pula mengatakan “SAY NO TO VALENTINE”, hal itu membuat kamu cool, alias kece badai.
Tidak terpengaruh zaman, intelek soal ilmu-ilmu agama dan pengetahuan, berakhlak baik, percaya diri dalam menolak kemaksiatan, dan tetap taat aturan Allah. Itulah yang membuat kamu cantik dan tampan serta kece dunia-akhirat. Keren kan? []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.