MANUSIA harus berhati-hati dalam menjalankan kehidupannya. Sebab, tak semua makhluk di muka bumi ini bersahabat baik padanya. Pasti akan ada makhluk yang tidak menyukai manusia. Sehingga, ia akan berusaha membuat manusia hancur. Dan hal ini tentu sudah kita ketahui bukan?
Kita tahu bahwa musuh yang nyata ialah setan. Setan secara terang-terangan menyatakan perang pada manusia. Ia memiliki misi yang sangat menyengsarakan manusia. Tetapi, banyak manusia yang lengah akan hal ini. Sebab, ternyata setan bukan berarti hanya terdiri dari makhluk tak kasat mata saja. Lalu, apa yang dimaksud dengan setan?
Ibnu Jarir Ath-Thabrani mengatakan, “Di dalam bahasa Arab, setan berarti setiap pembangkang. Baik dari kalangan manusia, jin, binatang dan lain sebagainya.”
Begitu pula dengan firman Allah SWT, “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Rabbmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkan mereka dan apa yang mereka ada-adakan,” (QS. Al-An’am: 112).
Allah SWT telah menciptakan setan dari kalangan manusia. Sebagaimana Dia juga menciptakan setan dari kalangan jin.
Kemudian, ada juga hadis dari Ath-Thabrani yang sanadnya dari Aslam Al-Adwi bahwa Umar bin Khaththab pernah mengendarai binatang yang berjalan dengan lagak sombong. Maka Umar memukulnya, tetapi jalannya malah semakin sombong. Maka dia pun turun darinya dan berkata, “Sesungguhnya hewan yang kalian berikan untuk aku tunggangi ini adalah setan. Tidaklah saya turun darinya, melainkan karena jiwaku mengingkarinya.”
Saya berkata, ‘Sanad hadis ini hasan.’
Lebih lanjut Ibnu Jarir Ath-Thabrani mengatakan, “Sedangkan alasan disebutnya setiap pembangkang sebagai setan adalah karena tingkah laku dan tindakan serta seluruh budi pekertinya yang sangat jauh dengan nilai-nilai kebaikan,” (Jami’il Bayan: 1/49). []
Referensi: Ruqyah Jin, Sihir dan Terapinya/Karya: Syaikh Wahid Abdussalam Bali/Penerbit: Ummul Qura