Oleh: Felix Y Siauw
BILA kita sering mengasah hati, dipadukan dengan pengalaman hidup yang sarat, dan tentu bila Allah mengilhamkan pada kita, kita bisa membedakan manusia.
Mana yang ikhlas dan mana yang berpura-pura, mana kata-kata yang berasal dari hati dan mana yang dibuat-buat, mana yang pejuang dan mana yang pengkhianat.
Kita juga mampu menyadari mana yang teman dan mana yang hanya memanfaatkan, mana yang benar di jalan Allah dan mana yang hanya berbuat untuk dunianya.
Sebab di masa talbis, keburukan bisa ditopengi kebaikan, maksiat bisa dipoles pencitraan, layaknya dulu syaitan memakai baju malaikat hingga dikira menasihati.
Asah hatimu, maka engkau mampu menangkap bahasa hati, yang tak pernah bisa diungkapkan oleh kalimat, yang ditangkap oleh hati adalah yang dipancarkan jiwa.
Sering, dan akan terus terjadi, mereka yang berlagak di hadapan, tapi menelikung di belakang. Manis muka didepan, tapi meracuni saat kita lalai dan lengah.
Latih rasamu, maka engkau akan mampu melihat apa yang bisa disembunyikan kata dan wajah, sebab kata dan wajah tak selalu jujur, kawan tak mudah didapat.
Apalagi bila engkau mencintai Allah dan Rasul-Nya, sungguh-sungguh, maka akan terang-benderang bagimu, siapa yang benar, siapa yang munafik, siapa yang oportunis.
Duhai, semoga Allah jadikan kita memiliki kawan-kawan yang ikhlas, yang hanya mengharap ridha Allah, yang mendoakan kita dalam shalat mereka, walau bisa jadi tak jumpa. []