JAKARTA—Indonesia Muslim Crisis Center (IMCC) bekerja sama dengan PPIM UIN Jakarta dan UNDP menyampaikan Diseminasi Hasil Penelitian Research policy for mentoring former NII, GAFATAR members convicts and ISIS deportees and Piloting Re Entry Program for GAFATAR members.
Direktur Eksekutif IMCC Robi Sugara menjelaskan dalam strategi penanganan kelompok radikal pro kekerasan dan nonkekerasan penting sekali untuk diketahui oleh pemangku kebijakan untuk belajar dari mereka yang keluar dengan meninjau dari dua aspek.
“Apakah mereka ada kekecewaan atau tidak terhadap kelompoknya. Dua aspek ini bisa dijadikan assessment awal bagi pemerintah, dalam hal ini Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT),” katanya saat ditemui di Komunitas Salihara, Jalan Salihara Jati Padang, Pasar Minggu Jakarta Selatan Senin (19/2/2018).
Ia mengungkapkan, riset yang dilakukan membuktikan bahwa orang yang mengalami kekecewaan terhadap kelompoknya jauh lebih mudah mengikuti program deradikalisasi ketimbang ia yang belum mengalami kekecewaan.
“Dia yang kecewa artinya sudah keluar dari kelompoknya. Sementara dia yang belum kecewa masih tetap dengan keyakinan kelompoknya,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia menekankan, ketika mereka yang keluar itulah, proses deradikalisasi membawa mereka ke arah yang moderat penting dilakukan, khususnya BNPT. []
REPORTER: RHIO